Latest News

Monday, 6 May 2019

22-Naskah-naskah Kitab Sutji


  1. Beberapa hal umum.
    "Naskah" dinamakan Kitab (kitab) Sutji jang ditulis dengan tangan sebelum orang tahu mentjetak. Tjetakan pertama Kitab Sutji Perdjadjian Lama (Hibrani) dibuat tahun 1477 Mas.; Perdjandjian baru (Junani) pertama kalinja ditjetak tahun 1514 Mas. dan tahun 1520 baru diterbitkan di Spanjol.
    Dua matjam bahan dahulukala digunakan untuk membuat "buku", jaitu "papirus" dan kulit (binatang) baik jang "kasar", jaitu jang belum dikerdjakan, maupun jang "halus", artinja jang dikerdjakan. Memang lebih dahulu lagi digunakan sebagai bahan untuk menulis matjam-matjam barang lain. Dipakai papan tanah liat jang setelah ditulisi (digurati) dibakar, papan kaju atau logam jang diberi lilin (Yes 30:8) dan ditulisi dengan penggurat. Chususnja untuk dokumen-dokumen terpenting dipergunakan djuga papan (atau tiang) batu. Kesepuluh perintah Allah sebagai undang-undang dasar diukir dalam loh batu (peng 24; 12; 31:18; 34:1; Ul 9:11). Untuk surat-surat ketjil dipergunakan djuga petjahan-petjahan tembikar (dinamakan: ostraca) hingga didjaman agak belakangan.
    "Papirus" ialah "kertas" jang dibuat dari sedjenis teberau (besar) (nama Junaninja: papuros), jang chususnja tumbuh di Mesir dalam rawa dekat pada sungai Nil. Bagian dalam dari kulit dilepaskan, dipotong mendjadi pita jang lebih kurang pandjang. Pita-pita itu dilekatkan satu sama lain silang-menjilang, lalu dipipih. Hasilnja helai-helai lebih kurang besar jang dipotong seperlunja. Umumnja "kertas" itu kasar sekali. Tetapi ada matjam-matjam "papirus" jang berlain-lainan mutu dan halusnja. Semendjak lebih kurang tahun 2100 seb. Mas. "papirus" itu sudah umum dipergunakan sebagai kertas. Dari Mesir dieksportir kemana-mana, antara lain ke Palestina. Dalam nama kota "Byblos" dipantai Palestina terpelihara nama "kertas" sedemikian itu. Djadi waktu bangsa Israil masuk Palestina "papirus" disana sudah dipakai sebagai bahan untuk menulis. Bahan ini sangat rapuh dan lekas lapuk.
    Semendjak lebih kurang tahun 500 sebelum Masehi orang djuga mulai menggunakan kulit-kulit binatang. Chususnja untuk kitab-kitab dan dokumen jang dianggap penting bahan itu suka dipergunakan. Beberapa lamanja dipakai untuk membuat "kitab" baik papirus (jang lebih murah) maupun kulit binatang (jang lebih mahal tapi djuga lebih lama tahan). Matjam chusus dari "kulit" itu ialah "perkamen" (kertas kulit), jang dibuat dari kulit domba-domba atau anak domba, kambing dan anak lembu dengan tjara chusus. Untuk pertama kalinja (menurut berita) perkamen dibuat di kota Pergamon dan dari nama kota itu berasal namanja "perkamen".
    Sebagai "pena" dipergunakan batang teberau dan "tinta" dibuat dari djelaga halus jang ditjampur dengan lim. "Tinta" itu hitam warnanja dan ternjata bermutu tinggi. Sebab sesudah 2000 tahun lebih masih terbatja djuga. Ada naskah-naskah kitab sutji jang menggunakan tinta keemas-emasan atau ungu. Huruf besar pada permulaan pasal atau bagian seringkali diberi berwarna (merah, keemas-emasan, perak) dan juga bergambar (miniatur). Tetapi perhiasan sedemikian baru muntjul didjaman agak belakangan.
    Buku dahulu kala ada dua matjam bentuknja, jaitu gulungan dan "kodeks" (Codex). Adapun jang berbentuk "gulungan" (volumen) dibuat sebagai berikut: helai-helai papirus (atau kulit) didjahit atau dilekatkan satu sama lain pada udjungnja, sehingga terbentuk helai "kertas" jang pandjang (kadang-kadang beberapa meter). Ladjur demi ladjur (bdk. Jer 36:32) ditulis, jang satu disamping jang lain. Pada udjung (kadang-kadang pada kedua udjung) helai dipasang tongkat (kaju, logam dan sebagainya) dan setelah helai pandjang seluruhnya ditulisi digulung djadi gulungan. Dapat diikat dengan pita penutup dan demikian disimpan. Semendjak abad kedua masehi mulai dipergunakan bentuk buku lain, jaitu kodeks, sebagaimana lazim sekarang. Rupa-rupanja kodeks-kodeks pertama dibuat dengan perkamen, jang tidak mudah dapat dibuat helai pandjang. Lama kelamaan bentuk "kodeks" itu mendjadi lazim djuga untuk Kitab Sutji. Tetapi orang Jahudi masih lama (malah disana-sini hingga dewasa ini) mempertahankan bentuk gulungan untuk Kitab Sutji jang dibatjakan dalam ibadah (disinagoga). Ada kodeks-kodeks dari papirus dan dari kulit.
    Pengarang-pengarang sutji sendiri menggunakan sebagai "kertas" papirus tersebut dan bukan kulit. Karangan-karangan mereka (kalau pandjang sedikit) berupa gulungan (bdk. Jer 36:2; Jeh 2:9-10). Dalam Perdjandjian Baru (1Tim 4:13) disebut "helai" (selaput) jang kiranja dibuat dari kulit (perkamen) dan memuat teks-teks sutji (Kitab Sutji Perdjandjian Lama, terdjemahan Junani). Namun demikian pengarang-pengarang Perdjandjian Baru pasti menggunakan papirus untuk menulis karangannja. Bahan itu murah dan mereka tidak menduga, bahwa karangan-karangannja harus disimpan lama. Dikalangan Jahudi didjaman itu Kitab Sutji ditulis atas kulit binatang. Hal itu terbukti oleh naskah (Kitab Sutji) dari djemaah Qumran, jang semua dibuat dari kulit dan berupa gulungan.
  2. Naskah-naskah Kitab Sutji.
    Dari naskah-naskah aseli, artinja jang ditulis oleh pengarang sutji sendiri, tidak ada satupun terpelihara untuk kita. Semua sudah lama hilang. Ini mengenai baik Perdjandjian Lama maupun Perdjandjian Baru. Mudah dimengerti djuga. Bahan jang dipakai ialah papirus jang rapuh sekali dan lekas lapuk djika dipakai. Maka itu hanja salinan dari naskah-naskah aseli tersedia, dan malahan biasanja salinan dari salinan. Ber-abad-abad lamanya Kitab Sutji disalin dengan tangan. Buku lama diganti dengan jang baru. Naskah-naskah lama dibuang. Kemudian orang-orang Jahudi jang sangat menghormati Kitab Sutji dan chawatir kalau-kalau nama Allah jang tertulis didalamnja ditjemarkan, menjimpan naskah-naskah Kitab Sutji jang usang didalam gudang chusus di Sinagoga. Kemudian naskah-naskah Kitab Sutji itu dengan hormat dikubur ditanah. Gudang-gudang untuk menjimpan naskah-naskah lama disebut "geniza". Apa jang terdjadi dengan naskah-naskah aseli Perdjandjian Baru tidak diketahui.
    Salinan-salinan Kitab Sutji mengalami nasib sama seperti dialami buku-buku insani. Ternjata tidak ada penjelenggaraan ilahi chusus mengenai Kitab Sutji jang melindunginja terhadab nasib biasa. Maka itu dalam salinan-salinan Kitab Sutjipun ada agak banjak kesalahan dan kerusakan (lihat: TEKS KITAB SUTJI).
    1. Naskah-naskah Kitab Sutji Perdjandjian Lama (Hibrani).
      Sampai tahun 1947 hanja tersedia salinan-salinan Kitab Sutji Hibrani Perdjandjian Lama jang dibuat dalam abad X Masehi dan selandjutnja. Semua salinan itu berupa kodeks. Hanja ada satu kodeks jang memuat Kitab para Nabi dan ditulis sekitar tahun 895 Masehi. Disamping itu masih ada kepingan ketjil (jang memuat kesepuluh Perintah, Peng 20:1-7, dan beberapa ajat dari Kitab Ulangtutur 5, 6-9; 64-5) jang ditulis dalam abad II Mas. Ada djuga sebagian dari Kitab Daniel jang dibuat dalam abad VIII Mas. Semua naskah itu agak serupa dan sama teksnja. Tetapi dahulu memang ada perbedaan tjukup besar sebagaimana dibuktikan oleh terdjemahan-terdjemahan kuno. Tetapi oleh para ahli Jahudi semendjak abad V Mas. teks aseli sedapat-dapatnya dipulihkan dan ditetapkan suatu teks resmi (Masoretae: lihat: TEKS KITAB SUTJI). Perlu disebut disini beberapa naskah Hibrani dari Kitab Putera Sirah (jang dahulu hanja ada terdjemahan Junaninja) jang kepingan-kepingannja diketemukan diKairo (dalam geniza Sinagoga jang tersembunji) dalam tahun 1896. Naskah-naskah ini ditulis dalam abad IX, X dan XI Mas.
      Ada puluhan-puluhan bahkan ratusan naskah Kitab Sutji Hibrani jang terserak dalam pelbagai perpustakaan di Eropa, Rusia dan Amerika dan dilain-lain tempat. Kerap kali naskah-naskah itu tidak lengkap dan tersisa hanja kepingan-kepingan sadja. Lain-lain naskah hanja memuat sebagian dari Kitab Sutji.
      Dalam tahun 1947-1956 diketemukan kembali di gurun Palestina (dekat Qumran dan disekitarnja: Lihat QUMRAN) beberapa naskah Kitab Sutji Hibrani jang djauh lebih tua dari jang disebut tadi. Naskah-naskah ini diketemukan bersama dengan matjam-matjam naskah (bagian-bagian, kepingan-kepingan) lain. Semua naskah Kitab Sutji adalah (aselinja) berupa gulungan. Dibuat dari kulit dan ditulis sekitar tahun 100 seb. Mas. Dari seluruh Perdjandjian Lama (ketjuali Kitab Ester) ada sisanja, tapi sajanglah biasanya hanja potongan-potongan ketjil sadja. Tetapi ada satu naskah lengkap (hanja udjungnja rusak sedikit) jang memuat seluruh Kitab Jejasa (tandanya 1 QIsa: artinja: diketemukan di Qumram (Q) dalam gua pertama (1) dan memuat Nabi Jesaja (Is) dan ada naskah Kitab Jes. pertama (a). Disamping itu diketemukan naskah (gulungan) Kitab Jesaja lain, tetapi naskah ini sangat rusak dan tidak lengkap (tandanya: 1QIsb). Masih ada naskah lain (hampir lengkap) jang memuat suatu tafsir Kitab nabi Habakuk. Tafsir itu djuga memuat biasanya teksnja nabi itu jang diberikan tafsir (tanda naskah ini: 1QpHab: p=peser, artinja: tafsir). Ada sisa-sisa djuga dari naskah-naskah lain jang memuat tafsir beberapa kitab lain lagi, seperti tafsir Kitab Micha, Kitab Sefanja, Kitab Nahum. Tetapi semua sangat rusak dan ber-keping-keping. Para ahli masih terus sibuk mengumpulkan semua sisa-sisa dan mentjoba memulihkan seluruh naskah. Pekerdjaan raksasa itu masih makan banjak waktu dan kiranja tidak akan berhasil seluruhnja.
    2. Naskah-naskah Kitab Sutji Perdjandjian Baru (Junani).
      Djumlah naskah Perdjandjian Baru adalah amat banjak sekali. Naskah ini sering kali hanja memuat sebagian dari Perdjandjian Baru, tetapi ada djuga jang memuat (hampir) seluruh Perdjandjian Baru. Semua naskah Perdjandjian Baru berupa bodeks dan tidak ada satupun berupa gulungan. Namun bentuk itu mungkin bentuk naskah aseli (jang ditulis oleh pengarang sutji).
      Berdasarkan huruf jang dipakai naskah-naskah Perdjandjian Baru dibedakan dua golongan' jaitu "majusculi" (atau; unciales) dan "minusculi". Majusculi ialah naskah jang menggunakan huruf besar (miring sedikit) dan minusculi ialah naskah jang menggunakan huruf ketjil (miring). Naskah-naskah tertua ditulis dengan huruf besar dan baru kemudian dari itu orang mulai menggunakan huruf ketjil djuga.
      Berdasarkan bahan (kertas) jang dipakai diperbedakan naskah papirus (jang ditulis atas papirus) dan naskah perkamen (jang menggunakan kulit binatang jang didjadikan perkamen).
      Disamping naskah jang memuat Kitab Sutji (atau salah satu kitab) seluruhnja ada djuga naskah-naskah jang memuat hanja bagian-bagian dari Perdjandjian Baru jang dibatjakan dalam Ibadah Geredja. Naskah-naskah itu disebut "lectionaria" (lectio=batjaan).
      Djumlah naskah Perdjandjian Baru jang terpelihara ialah sebagai berikut:
      Naskah (atau bagian-bagian) papirus berdjumlah 76; naskah majusculi berdjumlah 250; naskah minusculi berdjumlah 1646 dan lectionaria berdjumlah 1987. Dan djumlah itu masih terus bertambah dengan menjelidiki perpustakaan tua di Eropa dan Rusia (dan lain-lain tempat di Timur Dekat). Tidak semua naskah itu sama pentingnja. Sebab banjak (terutama minusculi) terlalu muda dan ternjata salinan dari naskah lain jang masih tersedia. Kalau demikian tentu sadja hanja "naskah induk" perlu diperhatikan. Para ahli berusaha untuk menetapkan naskah-naskah manakah berasal (adalah salinan) dari naskah mana. Kalau hubungan itu diketemukan, maka naskah-naskah itu digolongkan mendjadi "keluarga" naskah. Aatinja: semua naskah ini berasal dari satu naskah-induk. Adakalanja (sering) naskah-induk itu tidak ada lagi, tetapi dengan djalan lain dapat ditetapkan, bahwa naskah-naskah tertentu berasal dari satu naskah-induk. Maka naskah-naskah sedemikian itu tentu djuga satu "keluarga".
      Supaja naskah-naskah mudah dapat ditundjuk, maka diberi tanda chusus. Naskah majusculi ditundjuk dengan huruf (Besar) dari abdjad Latin, abdjad Junani (tentu sadja pabila bentuk huruf adalah berbeda) dan abdjad Hibrani. Tetapi Djumlah huruf tidak mentjukupi. Maka naskah-naskah lain diberi tanda: 01, 02. 03 dan seterusnja. Naskah-naskah minusculi ditundjuk dengan angka Arab: 1. 2, 3, 4, dan seterusnja. Naskah papirus ditundjuk dengan huruf P (pi Junani) jang diberi angka Arab sedikit keatas. Misalnja: P46, P50, dan seterusnja.
      Baiklah kiranja disini didaftarkan naskah-naskah jang terpenting dan jang tertua.
      P52 ini ada sisa ketjil dari naskah papirus dan tertua dari semua naskah Perdjandjian Baru. Ia berupa sepotong papirus ketjil sekali dan memuat hanja Joh. 18, 31-33. 37-38. Naskah ini ditulis pada permulaan abad II Mas. dan mungkin berasal dari Mesir. Sekarang disimpan dalam Perpustakaan John Ryland di Manchester, Inggris. Karena itu disebut djuga: Papirus (P52) Ryland.
      P64 inipun hanja sisa ketjil dari naskah papirus jang memuat sebagian dari Mat 26. Ditulis pada achir abad II (th. 100-200) Mas. dan disimpan dalam perpustakaan Magdalen College, Oxford. Karenanja disebut Papirus Magdalen Greek 18. P45, P46, P47, adalah 126 halaman dari tiga naskah papirus. P45 memuat kepingan dari keempat Indjil dan kisah Rasul-rasul; P46 memuat surat-surat Paulus; dan P47 memuat Wahju Joh 6-17. P45 dan P46 berasal (kiranja) dari permulaan abad III (th. 200-300) Mas. dan P47 berasal dari achir abad III Mas. Semua naskah ini disebut: Chester Beatty Papyri. Disebut begitu karena diketemukan oleh orang jang bernama demikian.
      Dalam perpustakaan seorang jang bernama Bodmer dikota Geneva (Swiss) tersimpan beberapa (bagian) naskah papirus. P66 (papyrus Bodmer II) memuat (hampir) seluruh indjil karangan Johanes dan ditulis sebelum tahun 200 Mas.; P72 (papyrus Bodmer VII, VIII) memuat surat Judas dan kedua surat Petrus. Diduga, bahwa ditulis dalam abad III Mas.: P75 (papyrus Bodmer XIV, XV) memuat bagian terbesar dari indjil karangan Johanes dan indjil karangan Lukas. Naskah ini ditulis pada achir abad II (lk. 190) Mas.; P74 (papyrus Bodmer XVII) memuat separuhnja dari kisah Rasul-rasul dan beberapa bagian dari surat Jakobus, Petrus dan Johanes. Naskah ini ditulis dalam abad VI/VII (lk. tahun 500-600) Mas.
      Naskah-naskah Majusculi/Unciales jang terpenting ialah :
      B    (Vaticanus) tersimpan dalam perpustakaan Vatikan. Kodeks ini memuat seluruh Perdjandjian Lama (Terdjemahan Junani) dan bagian terbesar dari Perdjandjian Baru. Ia berasal dari Mesir (Iskandria) dan ditulis pada permulaan abad IV (sekitar tahun 310). Oleh karena tintanja sudah amat pudar, maka sekitar tahun 1000 naskah ini ditulis kembali oleh seorang jang djuga memasukkan perubahan- perubahan ketjil.
      S    Sinaiticus (bertanda huruf alef Hibrani) diketemukan oleh von Tischendorf dalam tahun 1859 dalam suatu Biara (Catharina) digunung Sinai. Dibawa ke Rusia, tetapi dalam tahun 1933 didjual kepada British Musium di London. Naskah ini memuat hampir seluruh Perdjandjian Lama (Junani) dan seluruh Perdjandjian Baru. Ditulis di Mesir atau Palestina sekitar tahun 350 Mas.
      A    (Alexandrinus) dahulu tersimpan dalam perpustakaan Batrik Iskandria, tetapi sekarang dalam British Museum, London. Naskah ini kiranja ditulis di Mesir dalam abad ke V Mas. (tahun 400-500). Termuat didalamnja seluruh Perdjandjian Baru, tetapi sebagian dari indjil Mateus dan Johanes hilang dan djuga sebagian dari 2Kor.
      C    (Codex Ephraem Syri rescriptus). Keistimewaan naskah ini ialah: teks (Kitab Sutji) pernah dihapus, lalu diatasnja ditulis risalat-risalat karangan Ephraem orang Siriah. Tetapi kemudian sebagian dari teks Kitab Sutji berhasil ditampilkan kembali. Naskah ini sekarang tersimpan dalam perpustakaan nasional di Paris, Prantjis. Naskah ini memuat sedikit dari Perdjandjian Lama dan separuh dari Perdjandjian Baru.
      D    Ada tanda jang menundjukkan dua naskah; jang satu dahulu dimiliki oleh seorang sahabat Kalvinus jang bernama Theodorus Beza. Karenanja disebut "Codex Bezae". Kedua naskah tersebut memuat disamping teks Junani djuga terdjemahan Latinnja.
      Naskah jang satu (Codex Bezae Cantabrigiensis, karena tersimpan dalam perpustakaan di Cambridge) memuat keempat Indjil dan Kisah Rasul-rasul. Naskah ini dibuat dalam abad VI (tahun 500-600). Naskah jang lain (Codex Claromontanus, karena dahulu tersimpan dalam perpustakaan biara Clermont) memuat surat-surat Paulus. Naskah inipun ditulis dalam abad VI pula. Untuk membedakan naskah ini dengan jang tadi, maka diberi tanda Dp.
      Pada umumnja naskah-naskah "minusculi" kurang penting, tetapi ada diantaranja jang ada kepentingan jang tjukup besar djuga. Demikianpun halnja dengan "lectionaria".
      Adapun pentingnja naskah-naskah Kitab Sutji, teristimewanja naskah Perdjandjian Baru, letaknja dalam hal ini, bahwa dengan pertolongannja para ahli agak berhasil memulihkan kembali Kitab Sutji sebagaimana ditulis oleh para pengarang sutji. Masalah ini dibahas ditempat lain, jaitu sehubungan dengan TEKS Kitab Sutji.
Artikel ini diambil dari : 
Judul belum diketahui, tapi kami menyebutnya sebagai buku hijau. 1967. Halaman 47-52.  

No comments:

Post a Comment