Latest News

Monday 6 May 2019

[01]-Eskatologia


  1. Artikata.
    Kata "eskatologia" adalah kata madjemuk Junani. Ia terdiri atas kata "logos" =kata, adjaran, dan kata "eskaton"(mufrad) atau "eskata" (djamak) artinja: jang terachir. Maka itu kata "eskatologia" artinja ialah kata/paham, adjaran tentang "jang terachir",. Menurut istilah kata itu berarti: paham/adjaran tentang kedjadian-kedjadian terachir didalam sedjarah dunia dan umat manusia, djadi: achir djaman atau djaman terachir, djaman jang menguntji sedjarah dunia ini. Maka itu "eskatologia" tidak sama artinja dengan "hari kiamat", meskipun "hari kiamat" tentu termasuk kedalam pengertian "eskatologia".
    Orang memperbedakan "eskatologia umum" dan "Eskatologis perseorangan". Eskatologia umum mengenai umat manusia/umat Allah seluruhnja, pada hal eskatologia perseorangan mengenai masing-masing orang, djadi kematian dan nasibnja jang terachir. Disini hanja diperbintjangkan tentang "eskatologia umum" sadja. Adapun sebabnja ialah: Eskatologia umum itu amat penting kedudukannja dalam Kitab Sutji, pada hal "eskatologia perseorangan" kurang penting dan djarang sekali tampil kedepan.
    Eskatologia umum tersebut menurut isinja boleh diringkaskan sebagai berikut: adjaran/paham dan pengharapan akan tjampur tangan Allah terachir jang merobah sama sekali keadaan umat manusia dan hubungan-hubungannja dengan Allah. Tjampur tangan Allah itu dapat berlangsung agak lama dan tidak hanja pada "hari kiamat". Demikian misalnja djaman masehi adalah "eskata", kedjadian, tjampur tangan Allah jang terachir.
    Adakalanja dalam tjampur tangan Allah terachir itu ada seorang tokoh jang diperbedakan dengan Allah memegang peranan sebagai pengantara. Kalau demikian maka orang menggunakan istilah "masehi": al-Masih sebagai pengantara. Djadi "eskatologia dan "masehi" tidak sama artinja. Masehi memang termasuk ke dalam eskatologia, tapi pengertian eskatologia lebih luas dari masehi.
    Eskatologia djuga dibedakan dengan "apokaliptik". Apokaliptik adalah djenis sastera tertentu. Didalamnja tertjakup eskatologia chusus. Tjampur tangan tersebut bukan suatu landjutan sedjarah jang sekarang, melainkan berlangsung ditingkatan lebih luhur. Terlebih dahulu dunia ini harus dibinasakan. Lalu bumi baru dan langit baru ditjiptakan untuk kaum pilihan Allah. Maka itu "eskatologia" adalah merupakan pengertian lebih luas dari pada pengertian "apokaliptik", tapi apokaliptik termasuk kedalam pengertian "eskalogia".
    Dalam Kitab Sutji eskatologia, masehi dan apokaliptik kerapkali bertjampur satu sama lain. Maka itu sehubungan dengan Kitab Sutji perbedaan tidak boleh terlalu ditekankan.
  2. Perdjandjian Lama
    Kerap berbitjara tentang tjampur tangan Allah jang terachir itu dan keselamatan dimasa depan. Mula-mula adjaran itu (chususnja adjaran para nabi) mengenai umat Allah, Israel sadja. Tetapi kemudian merangkum seluruh dunia dan segenap umat manusia. Nabi Amos (Am 5:1) menjebut "Hari Jahwe" jang adalah merupakan hari pengadilan ilahi atas orang-orang Israil jang murtad. Tapi nabi Hosea (Hos 2:16-17) melihat Israil bertobat dan demikian menjadi selamat. Menurut nabi Jesaja (Yes 2:9-21) murka Allah menghukum para bangsa, musuh Israil dan Tuhan jang angkuh hati. Nabi Jeremia menegaskan bahwa perdjandjian Jahwe dengan Israil digunung Sinai sudah batal akibat pelanggaran Israil. Tapi iapun menubuatkan suatu perdjandjian baru jang kekal dan tetap (Jer 31:31-34). Demikianpun nabi Jeheskiel (Jeh 36:26-27) jang menubuatkan pemulihan Israil dimasa depan (Jeh 37:1-34). Trito-Jesaja menubuatkan pemulihan Jerusjalem (Jeh 60:1-22; 62:1-9) serta bumi dan langit jang baru (Apokaliptik) (Yes 65:17; 66:22). Beberapa nabi menekankan, bahwa hanja "sisa Israil", Israil sedjati akan selamat (Am 3:12; 5:15; Yes 4:3; 6:13; 10:20; Mich. 4:6; Sef 3:12-13; Jeh 20:34-38). Para nabi memang mengharapkan pengadilan atas bangsa-bangsa, tapi merekapun menantikan bahwa didjaman terachir atau diachir djaman para bangsa selamat dan termasuk kedalam umat Allah kelak (Yes 2:2-4=Mich 4:1-3; Jer 12:15-16; 19:19, 21; Yes 42:6; 45:22-23; Zak 2:15; 8:21). Dalam kitab Daniel (chususnja) eskalotogia berubah djadi apokaliptik (Dan 7-12; bdk. Jeh 38-39; Yes 24-27; Zak 9-14). Dimasa tampilnja Jesus harapan eskatologis jang berupa apokaliptik amat kuat dibeberapa kalangan orang Jahudi. Harapan itu tertjantum dalam pelbagai kitab apokaliptik dan dalam naskah-naskah djemaah di Qumran.
  3. Perdjandjian Baru
    Pemakluman Jesus sendiri bersifat eskatologia dan malah apokaliptik bersesuaian dengan alam pikiran didjamanNya. Tjukuplah kiranja orang ingat akan pokok utama pemaklumanNja, jakni "Keradjaan Allah" jang sudah dekat dan tengah datang. Pokok itu tentu adalah pokok eskatologis dan apokaliptis (bdk. Mar 1:15; Mat 9:35). Pokok-pokok lain dari eskalotogia ialah pengadilan (Luk 19:41-44; Mat 25:31-46), perdjuangan antara Allah dan jang djahat serta murtadnja banjak orang (Mat 24:4-13), bumi dan langit jang bergontjang (Mat 24:29) dan lain-lainnja. Bahkan ketiga indjil jang terdahulu muat suatu wedjangan tentang achir djaman (Mat 24; Mar 13; Luk 21:5-36) dan wedjangan itu njata bersifat apokaliptik.
    Sikap dan pendirian Jesus sendiri sehubungan dengan "achir djaman" sesungguhnja tidak mendjadi amat djelas. Ajat jang paling djelas dan paling penting ialah jang menegaskan, bahwa Jesus sendiri tidak tahu saatnja (Mat 24:36). Djuga djelaslah keradjaan Allah djadi achir djaman, sudah mulai dengan pemakluman dan mukdjidjat-mukdjidjat serta diri Jesus (Mar 1:15; Mat 12:28; Luk 6:20; 16:16; 17:21). Dilain pihak keradjaan Allah (achir djaman) belum ada djuga (Mat 13:43; 26:29). Ada ajat-ajat jang menjarankan seolah-olah Jesus berharap achir djaman tidak lama lagi akan tiba (sesudah wafatNja) (Mar 9:1; 13:29; Mat 10:23).Semua keterangan-keterangan itu sukar disesuaikan satu sama lain. Kiranja boleh dikatakan sebagai berikut: Jesus sendiri memang tidak tahu kapan "achir djaman" akan berlangsung. Tapi Ia sungguh memperhitungkan, bahwa tidak lama setelah Ia wafat mungkin terdjadi. Tetapi kepastian tidak ada. Maka Iapun mengindahkan kemungkinan, bahwa djaman antara wafatNja dan achir dunia akan tjukup lama djuga.
    Didjaman para rasul orang dapat melihat suatu perkembangan. Mula-mula orang-orang Keristen menaruh harapan jang hangat sekali bahwa achir djaman segera akan tiba, meskipun kepastian tiada ada (bdk. 1Tes 4:15, 17; 2Tes 2:1-2). Tapi lambat-laun-oleh karena tidak djadi-harapan itu mendjadi kendor (2Ptr 3:4). Maka mulai ditekankan, bahwa hidup abadi dan kebangkitan dalam diri orang keristen sudah berlangsung djuga (Indjil karangan Johanes).
  4. Gambaran-gambaran Eskatologis
    Dalam menggambarkan achir djaman dan djaman terachir Kitab Sutji menggunakan bahasa kiasan dan bahasa-penghebat jang sudah tradisionil. Perdjandjian Baru memakai gambaran jang lazim dalam sastera apokaliptip Jahudi didjamannja. Gambaran dan bahasa kiasan itu tidak boleh diartikan setjara harfiah, melainkan sebagai sastera belaka dan sesuai dengan alam pikiran didjaman itu. Tidak djadi djelas bagaimana halnja akan berlangsung dan apa jang terdjadi kelak pabila Allah akan menguntji sedjarah penjelamatan.
  5. Inti eskalotogia.
    Apa jang sesungguhnja dimaksudkan Kitab Sutji dengan adjarannja tentang achir djaman ialah: pernah sedjarah penjelamatan ilahi akan selesai dan berachir. Maka semua orang jang selamat akan mendjadi njata sebagai orang jang ditebus oleh Tuhan dan diselamatkan oleh Allah, bukannja orang tersendiri-tersendiri, melainkan bersama-sama sebagai umat Allah. Sedjarah umat manusia berkembang dan dipimpin kesana. Djadi pikiran dilatar belakang ialah ada sedjarah penjelamatan jang pernah mulai dan pernah akan berachir. Sedjarah umat manusia bukan suatu lingkaran. Bagaimana semuanja akan berlangsung tidak kita ketahui sedikitnja. Penjelesaian itu adalah penjelesaian sedjarah jang kini tengah berlangsung. Tidak dapat dikatakan, bahwa dunia (djagat raya) dan umat manusia akan berhenti, tapi hanja sedjarah penjelamatan akan selesai. Penjelamatan itulah "achir djaman" jang kita alami ini. Semendjak Kristus "eskatologia" sudah berlangsung, tapi belum selesai. Djaman terachir sudah mulai tapi achir djaman masih dinantikan.
  6. Interpretasi eskatologia Perdjandjian Baru.
    Para ahli tidak sepakat tentang apa gerangan adjaran Perdjandjian Baru tentang achir djaman, chususnja pendirian Jesus sendiri. Tidak semua pendapat itu dapat diterima, meskipun semua memang mengandung sedikit kebenaran djuga.
    1. Ada jang berpendapat, bahwa Jesus mengharapkan achir djaman dan kedatangan Keradjaan Allah eskatologis selama hidup. Tanggapannja tentang Keradjaan Allah itu sama sadja dengan jang lazim dalam sastera apokaliptik didjamannja. Tapi harapanNja itu tidak terlaksana. Maka Ia mulai berpendapat, bahwa Ia sendiri harus menderita dan mati supaja Keradjaan Allah itu dapat tiba. Tapi achirnja harapan itupun njata sia-sia belaka. Djadi Jesus keliru.
    2. Orang lain beranggapan bahwa dalam kabar Jesus tidak ada harapan akan masa depan. Jesus sendiri adalah Keradjaan Allah dan achir djaman sudah ada sama sekali didalam dan dengan Dia. Ia memaklumkan hanja hidup abadi dan kebangkitan rohani jang terdjadi didalam orang jang pertjaja akan Dia. Dalam diri Jesus "tjampur tangan Allah" jang terachir sudah terwudjud seluruhnja dan Jesus sendiri adalah pernjataan Allah tentang kehendak penjelamatanNja jang terachir. Semua ungkapan Kitab Sutji tentang "Keradjaan Allah", "masa depan", "pengadilan", "kebangkitan" dan lain-lainnja mengenai semua diri Jesus. Kemudian dalam Perdjandjian Baru orang lupa akan adjaran Jesus itu dan lalu baru lahirlah tanggapan tentang "achir djaman" dimasa depan.
    3. Pendapat jang sedikit serupa mengatakan: semua ide dan gagasan "waktu" harus dihilangkan dari "eskalotogia". Perdjandjian Baru berbitjara dengan bahasa "mitologis". "Djam terachir" jang sebenarnja ialah keputusan jang tiap-tiap kali diambil manusia terhadap keselamatan jang tiap-tiap kali ditawarkan kepadanja. Bila orang menerimanja artinja beriman, maka ia selamat; djika menolak, maka ia "dihukum". Jesus adalah merupakan panggilan ilahi jang mendorong manusia untuk mengambil keputusan jang tepat. Djadi dalam anggapan ini tidak ada "waktu" terachir, atau "hari kiamat", "achir sedjarah" dan lain-lainnja.
    4. Pendapat jang tepat kiranja sebagai berikut; Djaman terachir (eskaton) sudah mulai dengan Kristus. Didalam diri Jesus serta karyaNja. Keradjaan Allah sudah hadir serta nampak. Tapi belum selesai dan belum ternjata. Pernjataan dan penjelesaian itu baru terdjadi pada achir sedjarah. Dalam landjutan karya Kristus, jakni Geredja, keradjaan Allah tetap hadir dan terus bekerdja. Geredja tidak sama dengan keradjaan Allah (demikian pendapat sementara orang), melainkan terlebih "sakramennja". Geredja adalah keradjaan Kristus jang achirnja akan beralih djadi Keradjaan Bapa. Geredja tengah djalan menudju ke Keradjaan Allah, keachir sedjarah waktu Keradjaan Bapa akan njata seluruhnja.
Artikel ini diambil dari : 
Judul belum diketahui, tapi kami menyebutnya sebagai buku hijau. 1967. Halaman 24-28.  

No comments:

Post a Comment