Latest News

Monday, 6 May 2019

[02]-INJIL


  1. Nama
    Kata Arab-Indonesia "Indjil adalah suatu turunan dari kata Junani "eu-ang-gelion" dan kiranja liwat bahasa Etiopia masuk kedalam bahasa Arab dan Kuran. Dalam Kuran (3:3, 48, 65; 5:46, 47, 66, 110 dll.). Indjil adalah kitab jang diturunkan kepada nabi Isa, Kitab Sutji orang-orang Keristen. Karenanja kata "Indjil" kerap kali tidak hanja berarti apa jang kita sebut "Indjil" (tertulis), tetapi djuga seluruh Perdjandjian Baru, jang memang menurut artikata aselinja boleh dikatakan "Indjil" djuga.
    Tetapi kata Junani "eu-anggelion" tidak berarti pertama suatu buku atau karangan, melainkan "kabar" (anggelion) jang baik (eu) atau jang menggembirakan. Artinja lalu meluas mendjadi segala sesuatu jang bersangkutan dengan kabar sedemikian itu, umpamanja upah jang diberikan kepada pesuruh jang menjampaikan kabar itu. Kabar itu dapat djuga berasal dari suatu dewa dengan perantaraan tukang tenung. Perdjandjian baru, chususnja Paulus, seringkali menggunakan istilah "indjil" jang kiranja diambil bukan dari bahasa Junani profan, melainkan dari Kitab Sutji Perdjandjian Lama (terdjemahan Junani). Disana istilah itu dipergunakan sehubungan dengan kabar tentang keselamatan, terutama keselamatan masehi (bdk. Yes 40:9, 52:7; 60:6; 61:1; Nah 2:1 dll.). Dalam Perdjandjian Baru - tidak dapat diketahui apakah istilah itu sudah dipergunakan oleh Jesus sendiri - Indjil adalah berita atau kabar tentang Jesus, tegasnja keselamatan jang telah dikerdjakan Allah didalam dan dengan pengantaraan Jesus Kristus. Kabar itu merangkum Jesus sendiri, hal-ihwal, perbuatan dan perkataanNja. Dalam seluruh Perdjandjian Baru kata itu belum djuga menundjukkan suatu indjil tertulis, suatu kitab (djuga dalam II Kor 8:18 tidak). Semendjak abad kedua masehi barulah istilah itu mulai dipakai sehubungan dengan indjil tertulis, kitab indjil. Indjil jang satu ada empat rupanja, indjil karangan Mateus, Markus, Lukas dan Johanes. Tetapi dalam Perdjandjian Baru "Indjil" selalu kabar lisan tentang diri Jesus dan karyaNja.
  2. Djadinja indjil tertulis
    Maka "Indjil" itu bukanlah suatu kitab jang ber-angsur-angsur diturunkan Allah kepada Jesus, lalu dibawakan olehNja dan achirnja tertjatat, seperti misalnja Kur'an. Kaum Muslimin dan Kur'an sendiri menganggap "Indjil" suatu kitab sedemikian itu. Jesus memang memaklumkan Indjil (Luk 4:43; 20:1), jaitu kabar tentang Keradjaan Allah jang sudah tiba didalam diri Jesus. Tetapi Ia sendiri kiranja tidak menulis sepatah katapun.
    Setelah Jesus wafat dan Roh Kudus turun, para rasul meneruskan karya Tuhannja dengan setjara lisan memaklumkan kabar gembira itu. Pokok utamanja tidak lagi "Keradjaan Allah", melainkan karya penjelamatan jang sudah dikerdjakan Allah dengan perantaraan Jesus, jang wafat dan bangkit dari mati demi keselamatan dan penebusan manusia. Para pemaklum Indjil memberikan kesaksian tentang Jesus dan karya penjelamatanNja (bdk. Luk 24:48; Kis 1:8).
    Isi kesaksian itu dapat lebih kurang luas, lebih kurang terperintji, meskipun pada pokoknja tetap sama. Setjara singkat dan padat Indjil dimaklumkan kepada orang jang belum beriman (dinamakan kerygma) jang bermaksud menggemparkan hati mereka, sehingga bertobat, pertjaja akan Jesus dan demikian memperoleh keselamatan. Pemakluman itu disesuaikan dengan keadaan para pendengar, orang-orang Jahudi atau orang-orang kafir (bdk. Kis 2:22-36; 3:13-26; 4:9-12; 5:30-32; 10:36-43; 13:17-41; 17:24-41). Pokok utama selalu wafat dan kebangkitan Jesus sebagai penebus dan penjelamat. Tetapi bagi orang-orang jang sudah beriman pemakluman itu diperluas mendjadi pengadjaran (dinamakan katekesis atau didache). Kedjadian-kedjadian sehubungan dengan wafatNja dan bangkitNja Jesus diperintjikan; ditambah pula adjaran jang telah disampaikan Jesus serta kedjadian dan hal-ichwal dari riwajat hidupNja sedjauh dianggap penting. Tetapi tjiri Indjil itu tetap sama djuga, jaitu kesaksian tentang Jesus jang diberikan oleh orang jang pertjaja akan Dia sebagai satu-satunja Penebus dan Penjelamat.
    Tetapi tidak hanja bahan dan isi Indjil bertambah besar dan semakin terperintji, tetapi bahan itu djuga diperkembangkan dan disesuaikan dengan keadaan baru, baik dengan iman umat jang madju maupun dengan situasinja. Para rasul serta pembantunja tidak pernah bermaksud memberikan laporan belaka atau mengarang suatu "riwajat hidup Jesus". Mereka selalu memberikan kesaksian dan mau membina iman umat jang sudah ada. Maka itu Indjil tidak hanja memberikan kesaksian tentang Jesus, tetapi djuga tentang iman umat serta keadaannja jang njata. Misalnja kedjadian-kedjadian dari kehidupan Jesus tidak diberitakan sebagaimana njata terdjadi dahulu, melainkan sebagaimana diartikan dan dimengerti oleh umat jang pertjaja akan Jesus jang bangkit dari alam maut. Banjak hal jang waktu terdjadi sangat tidak djelas arti dan maksudnja dibuat mendjadi terang sekali. Mukdjidjat jang dikerdjakan Jesus diperbesar (dan malah ditambah djumlahnja), supaja semakin terang siapa Jesus. Mukdjidjat itupun diartikan tjara tertentu, sehingga masih tetap bermakna bagi umat djuga. Perkataan-perkataan Jesus ditafsirkan begitu atau begini, sesuai dengan kebutuhan umat. AdjaranNja diterapkan pada keadaan baru dan beberapa kesimpulan diambil, jang belum terang waktu Jesus sendiri mengadjar. Kesemuanja itu bertjampurbaur sedemikian rupa, sehingga sukar sekali dipisahkan apa jang njata terdjadi dan apa jang sesungguhnja dikatakan Jesus dari apa jang ditambahkan atau dirubah oleh umat dan pemaklum-pemaklum Indjil. Terang djuga bahwa perkembangan Indjil tersebut tidak dimana-mana menempuh djalan jang sama. Ia berkembang kepelbagai djurusan. Tapi umumnja tradisi lisan itu mendapat bentuk dan rangka jang tetap dan sama. Itu perlu supaja dapat dihafalkan dan kembali ditjeritakan setjara teratur sedikit.
    Tahap perkembangan Indjil jang ketiga dan terachir, ialah kitab-kitab Indjil tertulis. Memang tjukup segera mulai dirasakan keperluan akan suatu teks tertulis, misalnja sebagai pedoman untuk para pengadjar Indjil. Maka itu disana-sini orang mulai mentjatat adjaran agama itu. Lukas sendiri memberitakan bahwa Ia mengenal beberapa usaha sedemikian itu. (Luk 1:1). Kita tidak lagi dapat mengenal indjil-indjil tertulis jang mendahului indjil-indjil kita. Tapi sudah pastilah ada indjil-indjil tertulis, jang lebih kurang besar dan luas. Jang pertama-tama dituliskan ialah kiranja suatu kisah tjukup luas dan terperintji tentang wafatNja dan bangkitNja Tuhan dari alam maut. Boleh djadi ada djuga kumpulan-kumpulan perkataan, wedjangan dan perumpamaan Jesus atau kumpulan mukdjidjat-mukdjidjat jang telah diperbuatNja. Tapi kepastian tidak ada tentang kesemuanja itu. Sedikit dapat disimpulkan dari indjil-indjil jang tersedia bagi kita. Jang paling terachir kiranja kisah tentang masa muda Jesus, sebagaimana sekarang termuat dalam indjil karangan Mateus dan Lukas. Dalam indjil karangan Markus belum ada djuga. Empat karangan achirnja umum diterima, oleh karana memberikan kesaksian teliti dan tjukup lengkap tentang iman umat didjaman para rasul. Iman djaman itulah mendjadi sumber, kaidah dan pedoman bagi iman umat selandjutnja.
    Keempat karangan itu ialah indjil karangan Markus (l.k. th. 64 masehi), indjil karangan Mateus (l.k. th. 70 masehi). Boleh djadi indjil karangan Mateus dalam bahasa Junani ini adalah merupakan saduran (dan pengluasan) salah satu indjil karangan Mateus dalam bahasa Aram. Kalau demikian indjil terachir ini dituliskan lebih terdahulu, sekitar th. 40-50 masehi. Achirnja Indjil karangan Lukas (sekitar th 70-80 masehi) dan Indjil karangan Johanes (sekitar th. 95 masehi).
  3. Indjil-indjil Sinoptis.
    Ketiga Indjil jang terdahulu, jakni indjil karangan Mateus, Markus dan Lukas, lazimnja disebut "Indjil-indjil sinoptis." Istilah Junani "synopsis" kira-kira berarti: dengan satu kali pandang. Ketiga indjil tersebut dapat ditaruh berdampingan dalam tiga ladjur, lalu dengan satu pandangan dapat dilihat. Sebab ketiga indjil itu pada umumnja sedjalan tjeritanja. Tetapi tidak selalu dan dimana-mana ketiga indjil tersebut sedjalan dan itu lalu menimbulkan masalah jang lazimnja disebut "masalah sinoptis".
    Masalah itu adalah sebagai berikut. Dari satu pihak ketiga indjil tersebut (kisah masa muda Jesus dipotong) sangat sedjalan, baik dalam urutan tjeritanja maupun dalam bahan jang disadjikannja. Ada tiga bagian jaitu: tampilnja Jesus serta kerdjaNja di Galilea, lalu Ia pergi ke Judea dan beberapa lamanja bekerdja disana, dan achirnja kisah tentang sengsara serta kebangkitanNja. Memang tidak harus demikian susunannja. Terbukti hal itu oleh indjil keempat, karangan Johanes, jang urutannja berbeda sama sekali. Jesus mulai bekerdja di Judea, lalu pergi ke Galilea, tapi segera berangkat lagi ke Judea; kembali ke Galilea, ke Judea lagi. Dalam ketiga indjil jang terdahulu, Jesus hanja sekali pergi ke Jerusjalem, tapi menurut indjil karangan Johanes sekurang-kurangnja tiga kali. Kesamaan bahan ketiga indjil jang terdahulu serta tjaranja bahan itu disadjikan djuga menjolok mata. Hal itupun tidak perlu, sebagaimana sekali lagi dibuktikan oleh indjil keempat. Tetapi kesamaan tersebut amat terganggu oleh perbedaan jang tidak kurang besar antara ketiga indjil tersebut. Masing-masing indjil mempunjai bahan chusus, jang tidak ada dalam indjil-indjil lain. Meskipun tjerita-tjeritanja kadang-kadang setjara harfiah sama, tetapi tiba-tiba dan ditengah kesamaan muntjul perbedaan jang tidak ketjil. Demikianpun urutan tjerita-tjerita jang sama sekonjong-konjong terputus, entah karena apa. Masalahnja mungkin mendjadi paling djelas dengan diberikan suatu tjontoh konkrit, meskipun hanja dalam bahasa aselinja dirasakan baik-baik.
    Kemudian tibalah Jesus didaerah Sesarea Pilipi dan bertanja kepada para muridNja: Siapakah Putera manusia menurut kata orang-orang. Kata mereka: ada jang menjebutnja Joanes Pemandi, jang lain Elias, jang lain pula Jeremias atau salah seorang dari antara para nabi. Bersabdalah Jesus kepada mereka: Tetapi kamu, bagaimanakah kamu menjebut Aku? Maka sahut Simon Petrus: Engkaulah Kristus, Putera Allah jang hidup. Maka udjar Jesus kepadanja..... (seluruh djandji kepada Petrus)..... Lalu Ia menjuruh murid-muridNja supaja djangan memberitahukan kepada siapapun djua, bahwa Ialah Kristus.
    Dan Jesus serta murid-muridNja bertolak kedesa-desa daerah Sesarea Pilipi. Dan ditengah djalan ia bertanja kepada murid-muridnja, kataNja: Siapakah Aku ini menurut kata orang. Kata mereka, katanja: Joanes Pemandi, dan lain-lain (berkata) Elias, lain-lain lagi salah seorang dari antara para nabi. Dan Ia bertanja kepada mereka: Tetapi kamu, bagaimanakah kamu menjebut Aku? Maka sahut Petrus dengan berkata kepadanja: Engkaulah Kristus. (djandji kepada Petrus tidak ada sama sekali, bahkan bekasnja tidak) Dan Jesus mengantjam mereka, supaja djangan-djangan berbitjara tentangNja.
    Dan terdjadilah ketika Jesus sedang berdoa ditempat sunji para murid ada sertaNja. Dan Ia bertanja kepada mereka, katanja: Siapakah Aku ini menurut kata orang? Sahut mereka, katanja: Joanes Pemandi, jang lain: Elias, lain-lain pula: Salah seorang nabi dari dahulukala jang bangkit kembali. Kata Jesus kepada mereka: Tetapi kamu, bagaimanakah kamu menjebut Aku? Maka Petrus menjahut: Kistus dari Allah, (djandji kepada Petrus sama sekali tidak ada) Tetapi Ia mengantjam mereka sambil melarang, supaja itu djangan dikatakannja kepada siapapun djua.
    Perbedaan besar memang ada, sebab Markus dan Lukas tidak memuat sama sekali djandji kepada Petrus. Tapi jang lain-lain adalah sekaligus sama dan tidak sama. Dan itulah masalahnja.
    Bagaimana gerangan perbedaan dalam kesamaan dan kesamaan dalam perbedaan dapat diterangkan? Masalah itu sudah banjak dipikirkan dan puluhan sistem jang berusaha memetjahkannja. Dewasa ini penjelidikan sedikit banjak didjalan buntu. Tidak ada satu sistem jang berhasil menghilangkan segala kesulitan. Sebagai tjontoh beberapa sistem disadjikan disini. Jang satu berpendapat dapat memetjahkan soalnja dengan tradisi lisan. Ketiga indjil sinoptis berangkat dari tradisi lisan jang sama, jakni tradisi umat di Judea (Palestina). Tetapi tradisi itu lalu (ditempat lain) berkembang ketiga djurusan. Masing-masing djurusan memberikan bentuk tertentu kepada tradisi aseli. Maka kesamaan antara ketiga indjil itu berasal dari tradisi lisan jang mendjadi sumber bersama. Perbedaan datang dari perkembangan selandjutnja. Achirnja ketiga arus itu dibukukan dalam indjil-indjil kita.
    Suatu sistem jang dahulu amat laku ialah, teori kedua sumber. Ketiga indjil sinoptis tersusun dengan pertolongan dua sumber (utama) jang tertulis. Sumber jang satu ialah indjil karangan Markus (atau: indjil jang mendahuluinja dan disebut "pra-Markus") dan sumber jang lain, suatu kumpulan perkataan-perkataan Jesus (logia). Adanja kumpulan sedemikian itu diterima atas dasar suatu berita (kabur) dari seorang bernama Papias, murid Rasul Johanes. Sumber kedua itu dinamakan Q (dari kata Djerman: Quelle=sumber). Oleh karena kedua sumber tersebut tidak dapat menerangkan seluruh masalahnja, maka kerap kali diterima beberapa sumber lain lagi, jang kurang penting. Masing-masing pengindjil mempunjai sumber tersendiri-sendiri.
    Kedua teori tersebut, jakni teori tradisi lisan dan teori dokumen-dokumen tertulis atjap kali digabung mendjadi satu: pengindjil-pengindjil menggunakan baik dokumen-dokumen maupun tradisi lisan.
    Teori lain lagi berpendapat dapat menerangkan semua dengan berkata: ketiga indjil sinoptis bergantung satu sama lain. Umumnja diterima bahwa indjil Markus adalah jang terdahulu. Mateus menggunakan Markus, dan Lukas menggunakan baik Markus maupun Mateus (dan sumber-sumber lain lagi). Atau dikatakan: Lukas menggunakan Markus dan Mateus menggunakan kedua-duanja. Lain-lain orang menjisipkan antara Lukas dan Markus suatu indjil Mateus jang ditulis dalam bahasa Aram, lalu diterdjemahkan dalam bahasa Junani. Markus dan Lukas menggunakan Indjil karangan Mateus itu. Tetapi saduran indjil Mateus dalam bahasa Junani (seperti sekarang ada) menggunakan indjil karangan Lukas djuga. Lain teori menempatkan indjil karangan Mateus dalam bahasa Aram pada awal mula semua.
    Dari ringkasan beberapa teori tersebut sudah djelas kiranja betapa berbelitnja masalah sinoptis. Tidak ada banjak harapan, bahwa pernah akan diketemukan suatu teori jang berhasil memetjahkan seluruh soalnja.
  4. Indjil karangan Johanes.
    Habis membatja ketiga indjil jang terdahulu dan membuka indjil jang keempat orang serta merta merasakan diri didunia jang lain sama sekali. Djika sipembatja berpendapat sudah mengenal Jesus serta karyaNja, maka kini mendjadi insaf belum tahu apa-apa. Baik urutan peristiwa serta bahan maupun suasana umum dalam indjil keempat ini mempunjai tjiri chas dan perbedaan dengan indjil-indjil lainnja menjolok mata. Sedjak dahulukala indjil karangan Johanes suka disebut "indjil rohani" dan sebutan itu sungguh menundjukkan sifatnja jang chas.
    Kesamaan bahan - ketjuali kisah sengsara, meskipun disinipun perbedaan tjukup besar djuga - hampir tidak ada. Jang sama hanja jang berikut ini: tampilnja Johanes Pembaptis sebagai perintis Jesus (Joh1:19-39: tapi tidak dikatakan Jesus dibaptis oleh Johanes), penjembuhan anak seorang perwira di Kafarnaum (Joh 4:46-53), perbanjakan roti setjara adjaib (Joh 6:1-13), Jesus berdjalan dipermukaan air tasik (Joh 6:1-13). Tetapi tjaranja peristiwa jang sama ditjeritakan terlalu berlainan. Masih ada disana sini ajat-ajat atau bagian jang mungkin mengingatkan sesuatu jang ditjeritakan oleh para sinoptisi djuga, tapi sukar dipastikan karena perbedaan. Johanes umumnja tidak mentjeritakan banjak peristiwa, tapi terutama perkataan Jesus.
    Djalan kehidupan Jesus dalam indjil keempat tjukup berbeda dengan djalannja dalam ketiga indjil lain. Menurut ketiga dinoptisi Jesus hanja sekali sadja pergi ke Jerusjalem. Tapi menurut indjil keempat Ia seringkali tampil dikota sutji itu. Jesus seolah-olah pulang-pergi dari Jerusjalem (Judea) ke Galilea. Perbedaan paling-paling dirasakan dalam hal ini: Pembersihan Bait Allah dari kaum pedagang ditempatkan oleh Johanes pada permulaan kehidupan Jesus (Joh 2:13-17), pada hal oleh indjil-indjil lain ditempatkan pada achirnja (Mar 11:15-19).
    Perbedaan paling menjolok mata dalam perkataan Jesus. Dalam ketiga indjil jang terdahulu wedjangan-wedjangan Jesus (djuga kalau tjukup pandjang) terdiri atas pepatah singkat-padat jang umumnja tjukup djelas artinja, atau berupa perumpamaan. Tapi dalam indjil karangan Johanes wedjangan-wedjangan Jesus berupa ulasan-ulasan teoretis jang pandjang lebar dan selalu berangkat dari salah satu peristiwa (mukdjidjat). Wedjangan-wedjangan itu memberikan kepadanja arti rohani serta mengartikannja sebagai tanda. Wedjangan-wedjangan Jesus biasanja agak misterius dan berupa dialog dengan lawan-lawannja atau orang-orang lain. Anehnja lagi suasana dan istilah selalu hampir sama, baik pabila Jesus berbitjara atau Johanes Pembaptis maupun pabila si pengindjil mendjandjikan renungan-renungannja sendiri.
    Terang sekali dalam indjil keempat itu diketemukan suatu tradisi jang tersendiri. Tradisi ini menempuh djalan perkembangan jang amat berlainan dari djalan tradisi sinoptis. Mungkin sipengindjil tidak mengenal tradisi sinoptis, atau sekurang-kurangnja tidak menggunakannja dan terang-terang tidak mengindahkannja. Dalam tradisi Johanes lebih djauh dilandjutkan apa jang sudah dimulai tradisi sinoptis, jaitu: kedjadian-kedjadian dari kehidupan Jesus serta adjarannja ditafsirkan, diperkembangkan dengan keadaan serta kebutuhan umat jang baru. Memang dasar terachir kedua tradisi itu sama, jakni diri Jesus serta adjaranNja. Tetapi tradisi tentang-Nja menempuh dua djalan jang lain sama sekali. Ada tradisi sinoptis (jang umumnja sama) dan ada tradisi Johanes.
    Indjil karangan Johanespun kiranja tidak sekali djadi digubah. Dibelakangnja ada suatu tradisi lisan jang lama kelamaan berkembang dan achirnja dibukukan. Mungkin beberapa kali dibukukan. Boleh diterima tradisi itu berasal dari rasul Johanes dan terus dipimpin olehnja. Dalam pembukuan terachirpun pengaruhi rasul itu kiranja besar sekali. Tetapi kitabnja ini mungkin tidak ditulisnja dengan tangan sendiri.
Artikel ini diambil dari : 
Judul belum diketahui, tapi kami menyebutnya sebagai buku hijau. 1967. Halaman 34-41.  

No comments:

Post a Comment