Latest News

Tuesday 7 May 2019

37-Kitab Suci yang Selalu Diagungkan (Seluruh dunia, abad ke-4 hingga kini)


Mungkin judul di atas itu agak membingungkan. Bagaimana kita dapat mengatakan bahwa ada "Kitab Suci yang Terlalu Diagungkan"?
Hieronymus, penerjemah Alkitab Vulgata dalam bahasa Latin (lihat pasal 1 dalam buku ini), mungkin sekali cukup mengerti maksud judul di atas. Pada masa hidup Hieronymus, sudah ada berbagai-bagai terjemahan Alkitab bahasa Latin; ada yang baik, ada pula yang jelek. Namun setiap terjemahan itu, apakah baik atau jelek, di antara pembacanya ada yang merasa: "Pasti inilah Kitab Suci yang paling bagus!"
Karena umat Kristen pada zaman kuno itu terlalu mengagungkan terjemahan-terjemahan Alkitab yang sudah ada, maka semula mereka tidak mau menerima terjemahan baru yang dikerjakan oleh Hieronymus. Sejak tahun 383, ketika ia mengerjakan terjemahan baru keempat Kitab Injil atas imbauan Paus Damasus, Hieronymus sudah menyadari bahwa ada umat Kristen yang terlalu mengagungkan terjemahan lama. Sang penerjemah itu menyurati sri paus sebagai berikut:
"Setiap pembaca Alkitab, apakah dia pandai atau bodoh, ketika ia memegang terjemahanku dan menemukan susunan kata-kata yang berbeda dengan yang sudah biasa baginya, pasti ia akan mengangkat suaranya dan menuduh bahwa aku adalah seorang pemalsu, penghujat, seorang yang berani mengubah, meralat, mengutik-ngutik Kitab Suci yang sudah lama ada!"
Reaksi seperti itu sesungguhnya sudah sering muncul sepanjang abad, dan di seluruh dunia. Pada tahun 1971-1974, ketika Lembaga Alkitab Indonesia mula-mula menerbitkan terjemahan yang sekarang ini paling lazim dipakai, ada orang-orang Kristen yang tidak mau menerimanya. Ada seorang sarjana teologi yang mau mengkritiknya dengan tajam. Bahkan ada suatu organisasi Kristen yang mengongkosi pencetakan ulang terjemahan lama, oleh karena mereka sama sekali tidak mau bersangkutan dengan "terjemahan baru yang jelek" itu!
Hieronymus merasa kurang sabar terhadap orang-orang Kristen yang bersikap kolot seperti itu. Ia pernah menyambut mereka sebagai "keledai berkaki dua", dan menyatakan sebagai berikut: "Percuma aku memainkan kecapiku bagi keledai! Jika mereka tidak mau minum dari sumber air yang jernih, biarlah mereka minum air sungai yang keruh!"
Dalam salah satu tulisannya, Hieronymus pun menggambarkan dirinya sebagai seorang penerjemah Alkitab yang terbentur pada dua masalah:
"Seandainya aku bekerja sampai mengeluarkan keringat dengan menganyam keranjang untuk mendapat nafkah, maka tidak ada seorang pun yang akan mengiri kepadaku. Tetapi justru karena aku menaati Amanat Sang Juru Selamat, dan demi kebaikan jiwa-jiwa manusia aku memilih untuk menyediakan Roti Hidup yang tak kunjung binasa, yaitu membersihkan jalan kebenaran dengan mencabut alang-alang yang oleh kebodohan pernah ditanam di situ maka aku dituduh telah berbuat dua macam kejahatan: Jika aku meralat yang kurang tepat dalam Alkitab, aku dikutuk sebagai pemalsu. Tetapi jika aku tidak meralatnya, aku didamprat sebagai penyebar kebohongan."
Lambat laun terjemahan Hieronymus itu diterima secara umum. Bahkan julukannya cukup mencerminkan hal itu: Vulgata, atau Alkitab "Untuk Semua Orang." Bahkan Vulgata itu pun pernah diberi nama kehormatan yang lebih luhur lagi: "Ratu di Antara Semua Versi Alkitab" . . . .
Sayang, . . . ada perkembangan sejarah selama abad-abad terkemudian yang pasti akan sangat membingungkan Hieronymus, seandainya ia masih hidup pada abad-abad tersebut. Alkitab Vulgata itu disalin dengan tulisan tangan selama seribu tahun lebih, karena di dunia Barat belum ada mesin cetak. Dan sama seperti yang selalu terjadi dengan salinan apa saja yang dibuat oleh manusia yang kurang sempurna di sana sini terdapat salinan yang salah tulis. Lagi pula, terjemahan asli Hieronymus itu sendiri tidak seratus persen sempurna, karena yang mengerjakannya pun adalah manusia yang kurang sempurna.
Pada masa Reformasi Protestan, para pemimpin Gereja Katolik Roma diberitahu bahwa telah ditemukan banyak naskah Alkitab kuno dalam bahasa-bahasa aslinya, yang sangat berfaedah guna memperbaiki Alkitab Vulgata. Namun, semuanya itu mereka tolak. Sebaliknya, mereka bersikeras hanya Vulgata sajalah yang harus dipakai dalam ibadah umat Katolik di seluruh dunia, yang lain tidak. Padahal semula Hieronymus sendiri justru mengerjakan Vulgata untuk mengganti terjemahan-terjemahan Alkitab lama yang kurang tepat!
Apakah akibat perkembangan sejarah yang tak diharapkan itu, yakni Alkitab Vulgata terlalu diagungkan?
Selama berabad-abad, setiap kali ada rapat gerejawi agung di kalangan umat Katolik Roma, ada salinan Alkitab Vulgata yang dimasukkan ke dalam sebuah peti keemasan yang indah, lalu dibawa dalam arak-arakan suci, seolah-olah menjadi patung berhala.
Selama berabad-abad, bila para utusan Injil Katolik Roma pergi kepada bangsa-bangsa asing, mereka membawa serta Alkitab Vulgata saja, dan mengharapkan agar orang yang bahasanya lain daripada bahasa Latin itu akan merasa puas dengan Alkitab dalam bahasa yang sudah kuno.
Selama berabad-abad, bahkan sampai beberapa puluh tahun yang lalu, acara kebaktian dalam setiap gereja Katolik Roma di Indonesia dan di seluruh dunia selalu diselenggarakan dalam bahasa Latin saja . . . pada hal bahasa itu sudah mati, tidak lagi dibicarakan oleh siapa pun, di tempat mana pun juga.
Syukurlah, pada pertengahan abad ke-20 para pemimpin umat Katolik Roma mulai menyadari kejanggalan ini. Pada masa sekarang, di mana-mana orang-orang Katolik didorong untuk mempunyai dan membaca Firman Allah dalam bahasa mereka sendiri. Bahkan umat Kristen golongan Katolik itu suka bekerja sama dengan umat Kristen golongan non-Katolik demi terjemahan Alkitab dalam bahasa yang mudah dipahami pada masa kini, seperti misalnya Alkitab Kabar Baik dalam Bahasa Indonesia Sehari-hari . . . .
Bagaimana dengan umat Kristen non-Katolik? Apakah mereka juga pernah terjebak karena "terlalu mengagungkan Kitab Suci"? Apakah mereka juga pernah memperlakukan satu terjemahan Alkitab tertentu seolah-olah menjadi patung berhala?
Sayang sekali, bukan hanya umat Katolik Roma saja yang pernah keliru dengan cara demikian. Umat Kristen Nestorian juga ikut terjebak.
Mungkin orang-orang Nestorianlah yang mula-mula membawa Kabar Baik tentang Tuhan Yesus ke kepulauan Nusantara. Ada tradisi kuno yang menyatakan bahwa beberapa gereja Nestorian sudah didirikan di daerah Barus, Sumatera Utara, pada abad ke-12.
Mengapa aliran Nestorian itu tidak tahan lama di Indonesia? Mungkin alasannya (antara lain) ialah, karena orang-orang Kristen Nestorian kurang antusias menerjemahkan Firman Tuhan ke dalam bahasa setempat. Menurut mereka, sudah cukupkah bila ada Alkitab bahasa Siria Kuno yang telah mereka miliki sejak abad ke-5. Jadi, bila para utusan Injil Nestorian pergi ke mana-mana (dan mereka itu memang cukup banyak dan cukup rajin), mereka hanya membawa serta sebuah terjemahan Alkitab yang sangat kuno dan sulit dipahami. (Salah satu akibat dari kelalaian mereka dalam hal menerjemahkan Alkitab itu dapat dibaca berupa kisah nyata yang berjudul "Gereja yang Tidak Mempunyai Alkitab", pada Jilid 2 dalam buku seri ini.)
Alkitab bahasa Siria Kuno itu pun satu-satunya Alkitab yang dikenal di jazirah Arab pada abad ke-6 dan ke-7. Bagaimana seandainya orang-orang Kristen dahulu kala di daerah Arab itu lebih rajin menerjemahkan Alkitab? Bagaimana seandainya orang-orang Arab pada zaman itu sudah dapat membaca dalam bahasa ibu mereka, tentang Isa Almasih, Sang Juru Selamat yang diutus oleh Tuhan Yang Maha Esa?
Pengandaian itu sungguh menarik. Namun kenyataannya, baru ada Alkitab bahasa Arab sesudah ada Alquran bahasa Arab, dan bukan sebelumnya. Lagi pula, kebanyakan terjemahan Alkitab ke dalam bahasa Arab yang dikerjakan kemudian, bahkan sampai abad ke-19, seakan-akan timbul sebuah reaksi terhadap munculnya agama Islam, dan bukan sebagai usaha untuk menyediakan Alkitab bahasa Arab yang sungguh komunikatif.
Misalnya: Apakah kaum Muslimin suka memakai istilah "Isa Almasih"? Baiklah! Kaum Kristen akan memakai istilah "Yesu Kristo." Apakah kaum Muslimin suka menyebutkan Ibrahim, Solaiman, Yahya? Baiklah! Kaum Kristen akan menyebutkan Abraham, Salomo, Yohanes. Sampai sekarang pun penyisihan istilah-istilah khas Arab itu masih disengaja, dan masih kuat pengaruhnya terhadap terjemahan-terjemahan Alkitab dalam banyak bahasa modern.
Mungkinkah pembaca mulai berpendapat, bahwa apa yang diceritakan dalam pasal 2 ini tidak ada sangkut pautnya dengan diri pembaca sendiri? Memang, semuanya itu berkisar pada kekeliruan orang Kristen yang berbeda alirannya daripada mayoritas orang Kristen di dunia sekarang. Orang Kristen non-Katolik seperti kaum Protestan, misalnya pasti belum pernah terjebak sehingga mereka terlalu mengagungkan satu terjemahan Alkitab tertentu, ya? . . .
Kenyataannya, kaum Kristen non-Katolik terlibat juga. Contohnya, mereka yang suka membaca Alkitab dalam bahasa Inggris, bahasa Internasional di seluruh dunia: Pada tahun 1611 telah terbit suatu terjemahan Alkitab baru yang sangat bagus, atas titah Raja James I di Inggris. Baginda menitahkan agar versi baru itu diadakan, justru sebagai pengganti banyak terjemahan lama yang dianggap tidak lagi memadai.
Dalam prakata Alkitab Versi Raja James yang terkenal itu, panitia penerjemah mengajukan dua pertanyaan retoris: "Apakah Kerajaan Allah itu telah menjadi kata dan kalimat? Mengapa kita membiarkan diri dibelenggu olehnya, jikalau kita boleh merdeka?"
Sayang sekali, justru itulah yang kemudian menjadi kenyataan: "Kata dan kalimat" Alkitab Versi Raja James itu menjadi semacam rantai, sehingga sebagian besar umat Kristen non-Katolik di seluruh dunia Barat memang "dibelenggu olehnya." Selama dua setengah abad lebih, tidak ada usaha sedikit pun untuk menghasilkan terjemahan baru, padahal selama jangka waktu itu bahasa Inggris terus berkembang dengan pesatnya.
Menjelang akhir abad ke-19, barulah ada permulaan proyek-proyek penerjemahan baru. Namun banyak orang yang berbahasa Inggris menentang dengan keras setiap usaha itu untuk memperbaiki terjemahan Sabda Allah. "Alkitab baru ini mengadung racun rohani!" demikianlah ucapan banyak orang Kristen. Menjelang akhir abad ke-20, barulah untuk pertama kalinya ada terjemahan-terjemahan modern yang berhasil menggeser Alkitab Versi Raja James sebagai Kitab Suci berbahasa Inggris yang paling laris.
Nah, . . . kebanyakan kisah nyata yang diceritakan dalam pasal 2 ini terjadi di negeri-negeri lain, bukan? Pernahkah umat Kristen Indonesia juga mengagungkan satu terjemahan Alkitab tertentu, sehingga mereka tidak mau menerima Alkitab baru yang sesungguhnya lebih mudah dipahami? . . .
Pernah. Cerita lama yang menyedihkan itu terulang lagi di Bumi Nusantara. Jilid 1 dalam buku seri ini memuat kisah nyata tentang "Alkitab yang Bungkam di Bahasa Nusantara." Terjemahan Alkitab bahasa Melayu (bahasa Indonesia Kuno) yang paling pertama dan paling terkenal itu adalah terjemahan Leydekker, yang mula-mula diterbitkan dengan lengkap pada tahun 1733. Lama sekali setelah itu, umat Kristen Indonesia di daerah-daerah tertentu tidak mau tahu tentang Alkitab lain. Bahkan sampai abad ke-20 masih ada cetakan ulang Alkitab Leydekker, atas desakan jemaat-jemaat di Ambon.
Padahal Alkitab Leydekker itu sudah lama menjadi suatu Kitab Suci yang amat sulit dibaca. Bahasa Indonesia adalah bahasa yang hidup, bahasa yang terus berkembang. Istilah-istilah yang gampang ditangkap artinya pada tahun 1733 itu, satu abad kemudian tidak lagi dapat dimengerti dengan mudah apa lagi dua atau tiga abad kemudian!
Pada tahun 1823, seorang penduduk asing di Singapura meminjamkan sebuah Kitab Perjanjian Baru terjemahan Leydekker kepada seorang guru bahasa Melayu bernama Abdullah bin Abdul Kadir. Pada waktu sang guru itu berusaha membacanya, ia pun menjadi sangat heran. Menurut kesaksian Abdullah sendiri: "Buku itu memang ditulis dengan huruf-huruf Melayu, dan mengandung kata-kata Melayu pula. Namun itu bukan bahasa Melayu. Sebab itu aku tidak mengerti maknanya."
Ketika Abdullah mengembalikan Perjanjian Baru itu kepada orang asing yang telah meminjamkannya, orang tersebut bertanya kepadanya melalui seorang pengalih bahasa: "Sudahkah kaubaca buku ini?"
"Ja Meneer," jawab Abdullah.
"Apakah bahasa Melayu memang begitu?" tanyanya.
"Nee, Meneer," jawab Abdullah.
"Jika memang bahasa Melayu tidak begitu," tanyanya lagi, "bagaimana bahasanya yang betul?"
"Aku tidak tahu, Meneer," jawab Abdullah. "Hanya si penulis saja yang tahu bahasa apa itu."
Tidaklah mengherankan bila pernah ada tuduhan bahwa Alkitab Leydekker itu "dijunjung tinggi oleh orang Kristen, tetapi jarang dipahami merupakan semacam penghormatan mekanik, tanpa jiwa atau roh"! . . .


Kitab Suci itu memang sebaiknya selalu dijunjung tinggi. Namun jangan sampai umat Kristen terlalu mengagungkan satu terjemahan Alkitab tertentu! Jangan sampai mereka tidak mau menerjemahkan kembali Sabda Allah ke dalam bahasa yang mereka pakai sehari-hari. Jangan sampai mereka tidak mau menggantikan terjemahan lama dengan terjemahan baru yang lebih tepat dan lebih mudah dipahami.

Artikel ini diambil dari : 
McGavran, Grace W. 1989, 1991, 1993, 1996. Alkitab di Seluruh Dunia: 48 Kisah Nyata. Lembaga Literatur Baptis, Bandung. Halaman 13 - 18.  CD SABDA-Topik 18700


Menggunakan Alkitab untuk Ide Menulis


Saya setuju bahwa Alkitab dapat menjadi sumber ide menulis yang sangat kaya. Tidak hanya bagi para penulis fiksi, tetapi juga bagi seorang blogger, misalnya untuk membuat sebuah blog dengan mengambil perumpamaan Alkitab dan menuangkannya dalam bentuk anekdot.
Fiksi Kristen punya prospek besar, dengan cerita-cerita yang dikembangkan dari Alkitab dan novel-novel bertema kekristenan. Namun, bukan itu yang menjadi fokus saya pada tulisan saya kali ini. Artikel ini membahas tentang bagaimana menemukan inspirasi dari Alkitab untuk membuat tulisan Anda sendiri, entah Anda seorang Kristen atau bukan.
Ide-Ide dari Tokoh-Tokoh Alkitab
Alkitab penuh dengan tokoh-tokoh yang menarik. Beberapa tokoh tersebut adalah pahlawan, yang lain penjahat, dan banyak juga yang menempati wilayah abu-abu yang penuh intrik di tengahnya--orang baik yang melakukan sesuatu yang buruk (Musa, yang membunuh seorang pria atau Petrus, yang menyangkal mengenal Yesus) atau pengecut yang kemudian memperoleh keberanian (Yunus, yang mencoba untuk melarikan diri dari Allah).
Jika Anda kesulitan menciptakan tokoh fiksi Anda, mengapa tidak menulis tentang salah satu dari tokoh-tokoh dalam Alkitab? Berikut adalah beberapa tokoh yang bisa menjadi inspirasi.
Gambar: Petrus
1. Petrus (salah satu murid) - mudah berubah suasana hatinya dan impulsif, tetapi benar-benar mengasihi Yesus.
2. Yudas (murid yang mengkhianati Yesus) - kisah seorang pengkhianat di tengah sekelompok orang yang punya rasa persaudaraan kuat selalu menarik untuk diceritakan.
3. Paulus (menulis banyak surat dalam Perjanjian Baru) - yang tadinya membenci suatu pergerakan, tetapi kemudian berbalik mendukung.
4. Daniel & teman-temannya (kitab Daniel, dalam Perjanjian Lama) - berpegang teguh pada apa yang mereka percaya meskipun terancam oleh penganiayaan dan kematian.
Untuk membuat fiksi yang menarik, Anda bisa menggunakan beberapa tokoh di atas dalam cerita yang berlatar belakang kehidupan modern. Saya suka artikel berikut yang berjudul If Bible Characters kept blogs, dan Anda juga bisa mencoba menuliskan profil Facebook tokoh-tokoh tersebut.
Anda bisa menemukan daftar tokoh-tokoh Alkitab terkenal di sini.
Ide dari Perumpamaan
Gambar: Perumpamaan anak yang hilang
Dalam Injil, Yesus menyampaikan banyak perumpamaan kepada murid-murid-Nya dan kepada orang banyak. Kamus Merriam-Webster mendefinisikan "Perumpamaan" sebagai "sebuah cerita fiktif, biasanya pendek, yang menggambarkan sikap moral atau prinsip agama".
Anda dapat menemukan daftar perumpamaan Yesus di sini.
Jadi, bagaimana Anda bisa menggunakannya?
1. Menulis kembali perumpamaan tersebut dengan latar belakang kehidupan modern.
Jika Anda orang Kristen, Anda mungkin pernah mendengar beberapa kisah perumpamaan di gereja dengan latar belakang kehidupan modern (Orang Samaria yang baik hati adalah salah satu contoh yang populer).
Cobalah menceritakan salah satu dari perumpamaan tersebut dan gambarkan dalam suasana kota modern atau kantor berteknologi tinggi.
Anda bisa memodifikasi cerita dalam perumpamaan itu dan juga mengubah akhir ceritanya--ini bisa sangat efektif jika pembaca Anda sudah familiar dengan perumpamaan tersebut, dan mengira mereka tahu jalan cerita selanjutnya.
2. Gunakan jalan cerita dalam perumpamaan dan kembangkan menjadi cerita yang lebih panjang lagi.
Beberapa perumpamaan bisa dengan mudah diperluas dan dikembangkan menjadi cerita pendek-- bahkan novel. Kisah-kisah yang saya pikir akan sesuai, antara lain:
Kisah Hamba yang Kejam (seorang hamba diampuni dari utangnya yang banyak, tetapi kemudian menuntut pembayaran dari sesama hamba yang hanya berutang sedikit kepadanya). Anda bisa menuliskan perumpamaan ini dalam bentuk cerita pendek yang disertai kejutan, misalkan dengan mengarahkan pembaca untuk menduga bahwa hamba itu akan bermurah hati.
Kisah Anak yang Hilang (seorang pemuda menuntut bagian warisannya, menjalani hidup mewah sampai uangnya habis, berakhir miskin dan kembali ke rumah ayahnya). Plot ini baik untuk menceritakan perubahan karakter ketika seseorang memasuki usia dewasa.
Kisah Orang-orang Upahan yang Jahat (orang-orang yang dipercaya mengurus kebun anggur membunuh para hamba yang datang untuk mengumpulkan hasil panen, bahkan kemudian membunuh anak pemilik kebun). Ini bisa menjadi cerita film thriller atau kejahatan. (t/Jing-Jing)


Bukti Kebenaran Alkitab – Pdt. Dr. Stephen Tong



        

Khotbah ini ditranskrip dari KKR dalam rangka memperingati hari Reformasi

1Timotius 3:14-16
“Semuanya itu kutuliskan kepadamu, walaupun kuharap segera dapat mengunjungi engkau. Jadi jika aku terlambat, sudahlah engkau tahu bagaimana orang harus hidup sebagai keluarga Allah, yakni jemaat dari Allah yang hidup, tiang penopang dan dasar kebenaran. Dan sesungguhnya agunglah rahasia ibadah kita: “Dia, yang telah menyatakan diri-Nya dalam rupa manusia, dibenarkan dalam Roh; yang menampakkan diri-Nya kepada malaikat-malaikat, diberitakan di antara bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah; yang dipercayai di dalam dunia, diangkat dalam kemuliaan.”


2Timotius 3:15-17
“Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus. Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik.”

        Karena kitab suci itu diinspirasikan sebagai nafas Tuhan Allah sendiri. Dalam ayat-ayat yang kita baca ini kita melihat dua aspek Firman surgawi turun ke dalam dunia dinyatakan kepada manusia dalam dua bentuk.
        Pertama, firman yang diturunkan melalui pekerjaan Oknum ketiga yaitu Roh Kudus sehingga memberikan inspirasi kepada para nabi dalam PL dan para rasul yang menulis dalam PB, sehingga ada firman yang berbentuk tulisan di dalam sejarah manusia. Ini merupakan pemberian Allah yang begitu agung di dalam sejarah manusia. Di dalam dunia pikiran manusia, di dalam kebudayaan manusia, pernah ada satu Buku yang lengkap sempurna diinspirasikan dan diturunkan yaitu Firman kudus dari Allah yang kudus melalui Roh yang kudus, menceritakan tentang Kristus yang kudus.
        Kedua, firman diturunkan dalam bentuk daging yang inkarnasi, yaitu Kristus. Ini adalah rahasia yang terbesar, rahasia ibadat yaitu Allah menyatakan diri dalam tubuh manusia. Dalam kaitan dengan motto Reformasi, yaitu Sola Scriptura, kita akan memikirkan kembali mengapa orang Protestan Reformed khususnya begitu mementingkan kitab suci? Mengapa kita mempertahankan, membela dan setia kepada ajaran di dalam kitab suci? Mengapa kita berusaha memelihara keabsahan dan memberitakan secara setia berita-berita dari kitab suci? Bukan karena kitab suci itu telah menjadi idola kita. Kitab suci tidak boleh diidolakan, kitab suci itu tetap suatu buku yang bersifat materi. Tetapi kitab suci adalah satu-satunya buku bersifat materi yang di dalamnya mengisi ajaran rohani yang tidak ada bandingnya. Inilah satu-satunya buku yang di dalamnya ada inspirasi yang disebut sebagai nafas Allah di mana firman, makna dan segala kebenaran yang Tuhan mau wahyukan tercantum di dalamnya. Di luar Buku ini tidak ada buku lain yang punya keunikan dan berita yang sama. This is the only book to content the truth revealed by God to bless His people. Maka buku ini menjadi berkat, menjadi pedoman, menjadi kriteria iman dan kriteria hidup dan pelayanan kita masing-masing. Di dalam Buku inilah kita mendapat jawaban dari semua persoalan yang paling besar. Di dalam Buku kita memperoleh seluruh prinsip total bersifat problema kunci. Itu sebab Alkitab mengatakan di dalam surat Petrus bahwa segala hal tentang hidup dan ibadat sudah diberikan kepada kita, yaitu tentang kerohanian kita, tentang suatu tali hubungan antara kita dan Tuhan Allah sudah diberikan dan dicantumkan dalam kitab suci. Orang menanyakan, bagaimana kamu membuktikan bahwa kitab suci adalah firman Tuhan? Maka kita langsung membuat kerangka pikiran: yang bisa berfirman itu siapa? Yang bisa berfirman yaitu yang mengerti makna. Yang mengerti makna dan berhubungan dengan kekekalan itu hanya orang-orang atau makhluk-makhluk yang ber-roh. Yang ber-roh, yang bersifat kekekalan, yang dicipta di dalam kehendak Allah itu mempunyai kemiripan dengan Allah sendiri, yaitu semua makhluk rohani yang bisa mengutarakan makna. Itu sebab yang bisa “berfirman” hanya 4 oknum: Allah, malaikat, manusia, dan setan.
        Allah berfirman, malaikat bisa berkata-kata, manusia bisa berkata-kata, setan bisa berkata-kata. Sekarang mari kita lihat: Apakah Alkitab itu firman setan? Tidak mungkin! Karena setan adalah si jahat dan dia tidak mungkin membawa kita kepada Tuhan Allah dengan ajaran untuk kita membenci setan, membuang dosa, merindukan kebajikan dan menerima Kristus sebagai juruselamat. Perkataan setan memang ada di Alkitab tetapi Alkitab bukan perkataan setan. Kalau demikian, apakah Alkitab adalah gabungan dari perkataan setan, manusia dan malaikat? Kalau ada kata-kata setan di situ berarti Alkitab tidak seluruhnya firman Tuhankah? Ini adalah logika yang dangkal sekali, karena apa? Karena perkataan setan jauh lebih banyak daripada yang dimasukkan ke dalam Alkitab. Allah yang tidak bohong, yang setia, mengizinkan beberapa kalimat setan di dalam Alkitab. Melalui Allahlah kita baru tahu bahwa setan pernah mengatakan hal seperti itu. Namun demikian karena Tuhan yang mengatakan itu maka perkataan Tuhanlah yang menjadi penanggung jawab dari seluruh kitab suci sehingga kitab suci bukanlah sebagai firman Tuhan ditambah dengan perkataan setan.
        Kedua, perkataan malaikatkah? Tidak. Karena seluruh malaikat tidak mungkin mempunyai hak atau esensi untuk berbicara atau berperan sebagai Pencipta yang kekal, yang ada pada diri sendiri di dalam kekekalan, self dependentself existingself eternal. Itu bukan zat atau hakekat yang ada dalam sifat dari roh malaikat yang diciptakan itu. Maka kita melihat satu kunci untuk mengerti kitab itu sebagai firman siapa dari perkataan Yesus Kristus yang memberikan kepada kita suatu master key to understand, yaitu “…yang dari bumi mengatakan perkataan-perkataan bumiwi, yang dari surga mengatakan perkataan-perkataan surgawi.” Dari ayat ini engkau mengambil suatu prinsip total untuk membandingkan semua perkataan yang dikatakan oleh apa saja, di dalam agama, di dalam sastra, di dalam kebudayaan dan di dalam filsafat atau di dalam teologi yang bahkan memakai nama Kristen sekalipun. Dari prinsip ini kita akan mendapatkan satu-satunya kemungkinan kitab suci adalah bukan perkataan siapapun yang dicipta oleh Allah. Di dalam kitab suci ada perkataan dari malaikat? Ada. Namun demikian perkataan kitab suci itu bukan campuran dari perkataan Allah dan malaikat. Karena yang dikatakan oleh malaikat adalah yang diizinkan oleh Tuhan untuk dicantumkan dalam kitab suci melalui penghembusan Tuhan Allah sendiri.
        Ketiga, mungkinkah kitab suci itu perkataan manusia? Ini tidak mungkin. Meskipun seolah-olah seluruh buku ini ditulis melalui tangan manusia, tetapi bukan karena ditulis melalui tangan manusia maka kita bisa mengerti Tuhan Allah. Kalau bukan oleh Roh Kudus, manusia tidak mungkin menulis sesuatu tentang Allah. Roh Kudus memperbolehkan kita mengenal-Nya melalui pengalaman psikologi. Roh Kudus menaungi dan menginspirasikan para nabi dan rasul sehingga kita bisa melihat ada tulisan tangan manusia yang sebenarnya adalah cetusan dari firman Tuhan Allah. Selalulah kembali kepada prinsip: ‘di belakang itu apa?’ Di belakang kewajiban manusia ada anugerah dorongan Allah. Di belakang kebebasan manusia ada kedaulatan Allah. Di belakang kebebasan manusia ada pimpinan Allah. Selalu dilihat dari sudut Allah duduk di atas tahta maka kita melihat dorongan yang baik semuanya berasal dari rencana kekekalan Tuhan Allah. Kitab suci harus dilihat secara demikian juga. Maka sisa satu-satunya kemungkinan Alkitab adalah firman Tuhan.
        Allah kita adalah Allah yang hidup dan Allah yang berbicara dan Allah yang sunggup memelihara apa yang dibicarakan. Ini tiga fondasi untuk keharusan kita mengerti firman Tuhan. Allah yang hidup adalah Allah yang berbicara kepada manusia, Allah yang sudah berbicara kepada manusia adalah Allah yang sanggup memelihara perkataan-Nya sampai selama-lamanya tidak berubah.
        Kalau ada orang bertanya, mungkinkah ada surat Paulus yang hilang, seperti yang Paulus pernah katakan ia tulis untuk orang di Laodikia? Itu mungkin surat Efesus, tetapi itu mungkin juga surat yang lain. Jika memang hilang berarti wahyu Allah ada yang hilangkah? Apakah ada bagian firman Allah yang tidak masuk ke dalam Alkitab kita sehingga Alkitab ini kurang sempurna? Tidak mungkin. Karena yang Tuhan mau masukkan sudah masuk dan yang Tuhan tidak izinkan untuk masuk, tidak masuk. Yang Tuhan sempurnakan adalah sempurna, tidak mungkin ada kekurangan karena kelalaian seseorang atau ketidakmampuan Tuhan untuk memelihara sehingga ada kepingan yang hilang dari kitab suci. Kita percaya Tuhan adalah Tuhan yang hidup, sanggup memelihara kesempurnaan dari segala hal yang Ia bicarakan kepada manusia.
        Dan mengenai naskah kitab suci yang asli, yang tidak ada cacat, yang sempurna, yang tidak ada kehilangan, yang dipelihara oleh Tuhan secara keseluruhan itu, mungkinkah waktu diterjemahkan mengalami kesulitan, mengalami penyelewengan dan mengalami ketidaktepatan? Mungkin saja. Tapi naskah kitab suci yang asli tidak mungkin salah dan sempurna dan boleh menjadi patokan kriteria iman kita, hidup kita, etika kita, dan pelayanan kita. Ini menjadi prinsip yang penting sekali. Setelah kita percaya Allah yang hidup, kita percaya Ia berbicara, kita percaya Doctrine of God, doctrine of the Bible, itu menjadi fondasi bagi iman kita untuk menegakkan semua doktrin yang lain.
        Saya mencamkan tentang berita yang ada hanya di dalam kitab suci. Kitab suci adalah kitab yang setia dengan sungguh-sungguh dan dengan tekun memelihara kepercayaan kita. Inilah buku satu-satunya yang lebih dari semua buku, bahkan semua buku agama. Ini adalah satu-satunya buku yang sempurna, yang self sufficient di dalam dirinya sendiri. Kitab suci sudah mempunyai kesempurnaan, kecukupan kepada diri sendiri secara keseluruhan karena semua kebenaran yang Tuhan mau wahyukan kepada manusia sudah ada di dalamnya, sehingga tidak ada sesuatu yang Tuhan ingin beritakan kepada manusia yang tidak ada di dalam kitab suci. Tidak ada sesuatu yang Tuhan sudah beritakan akhirnya hilang. Ini adalah suatu kitab yang komplit, kitab yang seluruhnya dari Tuhan dan kitab yang dipelihara oleh Tuhan sempurna sampai selama-lamanya. Ini menjadi suatu dasar iman yang penting sekali bagi Gereja untuk berani memberitakan firman yang murni. Mengapakah orang berkhotbah, memberitakan firman dengan gemetar? Karena ia sadar tidak mempunyai kekuatan sendiri untuk menyatakan firman Tuhan Allah. Orang yang tidak mempunyai iman kepercayaan sepenuhnya yang betul-betul teguh dan tegas dan tegar mengenai kitab suci, tak mungkin menjadi pemberita yang baik. Yang kita beritakan adalah firman dan mengapa kita memberitakan firman? Karena hanya firman yang merupakan jawaban atas segala sesuatu. Firman memberikan penjelasan, firman memberikan pedoman, firman memberikan koreksi, firman memberikan sesuatu arah yang membawa manusia kembali kepada Tuhan Allah. Di situ kita berdiri dan kita tegar untuk memberitakan. Itulah kekuatan Reformasi. Itulah kekuatan dari perdebatan yang dikeluarkan Martin Luther pada waktu ia diancam oleh kuasa politik dan kuasa agama. Luther agama, “Aku tidak takut karena aku berdiri di atas firman Tuhan ini. Aku dengan hati nurani yang sejujur-jujurnya mau taat kepada firman Tuhan. Itu sebab aku berdiri. Aku boleh mati, kepalaku boleh dipenggal, darah boleh tertumpah, tetapi kepercayaanku, ketaatanku, kesetianku mengabdi, memberitakan, bersaksi bagi kitab itu tidak boleh diguncang.” Inilah semangat Sola Scriptura. Inilah semangat to be a witness of the Scripture of the Holy Word has been revealed by God. Dengan demikian kita bisa melihat mengapa kitab suci punya keunikan, punya signifikasi yang penting seperti ini, karena di dalam kitab suci ada berita-berita yang tidak mungkin kita peroleh dari buku apapun di dalam seluruh dunia, termasuk buku agama-agama yang terbesar! Dan orang Kristen kalau tidak sadar apa yang sudah menjadi pusaka milik kita sendiri, bagaimana kita bisa membagi-bagikan anugerah kepada orang lain? Jika orang Kristen sendiri mempunyai keyakinan penuh akan firman yang sudah diserahkan orang suci untuk dipertahankan sampai selama-lamanya berdebat dan setia membelanya, bagaimana kita bisa memberitakan dan bersaksi kepada orang dunia? Kita berani berdiri, berani bersaksi karena kita tahu selain kitab ini tidak ada kebenaran yang lain.
  1. Ini adalah satu-satunya buku yang berbicara mengenai terjadinya alam semesta. Dunia ini berada sebagai suatu fakta yang dipaparkan di hadapan kita. Dunia ini — kosmos — berada mengelilingi eksistensi kita. Dunia ini berada sebagai suatu aksi keberadaan Tuhan Allah dan kuasa ilahi dan kodrat yang kekal dari Dia untuk memuliakan Tuhan Allah secara tanpa bersuara — the visible and unspoken witness of the living God — kekal yang terus menerus dari hari ke hari, malam ke malam, tidak bersuara tetapi terus bersaksi bahwa Allah itu ada, Allah bekerja. Melalui dunia yang dipaparkan sebagai wahyu umum Allah maka kita mengatakan Allah berada. Barangsiapa sudah menyaksikan keajaiban seluruh alam semesta tetap mengatakan Allah tidak ada, orang itu pasti sudah sakit jiwa sangat keras. Begitu kita mengenal Allah, kita mengenal diri. Begitu kita melihat seluruh alam semesta yang diciptakan, kita tidak bisa melarikan diri lagi dari saksi bahwa Allah itu ada dan Dia berbicara melalui alam semesta kepada manusia. Tak ada buku lain. Jika di dalam buku agama lain mengatakan bahwa Allah mencipta, itu semua ada sesudah kitab Kejadian diwahyukan beratus-ratus bahkan beribu-ribu tahun sebelumnya, baru mereka mempunyai konsep yang sama. Kalau Saudara memperhatikan apa yang menjadi konsep permulaan alam semesta di dalam filosofi agama Hindu atau legenda orang Tionghoa atau cerita-cerita dari Babylonia tentang Penciptaan dibandingkan dengan kitab suci, sama sekali tidak dapat dibandingkan, sama sekali tidak mungkin diverifikasi. Darwin sendiri kagum waktu membaca Kejadian 1 karena yang ditulis di situ urut-urutan penciptaan yang ditulis 3.400 tahun sebelumnya begitu sesuai dengan biologi yang ia temukan sebagai seorang ilmuwan. Ia kaget. Ini satu buku yang tak mungkin dibuang karena tidak sesuai lagi dengan zaman. Dan kebenaran yang tercantum di dalamnya tidak mungkin digugurkan, tidak mungkin digeser oleh penemuan apapun di dalam pengetahuan ilmiah yang paling baru. Bagaimana dunia dimulai, bagaimana dunia terbentuk semua sudah secara prinsip dicatat dalam kitab suci. Bahkan saya menemukan bahwa Stephen Hawking dalam bukunya mengenai History of Kind paling sedikit 3 kali dalam satu pasal yang sama Hawking harus menyebut nama Allah sang pencipta. Jadi ini masih menunggu. Fisika terus maju dan akhirnya akan mendesak manusia pada kesimpulan: tanpa Allah tidak mungkin sesuatu itu terjadi.
  1. Tidak ada buku lain seperti kitab suci memberitakan dan memberikan penegasan tentang harkat dan kehormatan dan sifat kemuliaan manusia, the dignity and the glory of humanity. Kehormatan dan sifat kemuliaan manusia tidak mungkin melampaui apa yang dicantumkan dalam kitab suci. Di dalam filsafat siapapun, di dalam agama apapun tidak pernah ada istilah yang lebih tepat daripada yang dicantumkan dalam kitab suci bahwa umat manusia dicipta menurut peta teladan Allah. Manusia dicipta mirip Tuhan Allah dengan dibubuhi kemuliaan dan kehormatan disebut sebagai gambar dan rupa Allah. Penemuan kembali tentang kehormatan manusia di dalam zaman Reformasi itu menjamin kemungkinan semua pemerintah menghargai rakyat. Pemerintah-pemerintah yang tidak mengenal berapa tinggi martabat manusia belum pernah menghargai harkat kemuliaan kehormatan makhluk yang disebut manusia atau sebaliknya. Pemerintah-pemerintah yang terlalu menyenangkan kebebasan manusia yang sudah jatuh di dalam dosa sehingga berkompromi dengan dosa. Kedua ekstrim itu menyebabkan politik gagal. Itu disebut sebagai total power worse become total corruption. Maka kesadaran akan martabat manusia, kemuliaan kehormatan sifat manusia yang dicipta menurut peta teladan Allah di dalam zaman Reformasi memberikan kemungkinan kita menegakkan fondasi untuk disebut Demokrasi abad 20 menuju abad 21 dan menuju kepada ide perdamaian yang menjadi suatu dasar dari cita-cita PBB. The dignity of men, the glory of men. Siapakah manusia? Kita orang Kristen, khususnya setelah Reformasi, mempunyai pengertian dari kitab suci yang begitu indah, begitu penting. Jangan menghina diri. Engkau harus belajar lebih ketat sehingga berani bersaksi karena engkau berada di dalam kubu di mana kebenaran sudah diberikan.
  1. Inilah satu-satunya buku yang terus terang mengatakan kepada kita pernah terjadi secara historis kejatuhan umat manusia sehingga ini menjadi kunci untuk mengerti gap di tengah-tengah ide yang agung dan fakta yang kejam. Jikalau engkau tidak pernah mengenal sifat manusia berapa berharga, berapa tinggi, berapa hormat, engkau tidak mungkin menghargai sesama manusia. Dan segala psikologi, segala pendidikan dan segala tindak tanduk di dalam interaksi antara pribadi dan pribadi pasti gagal karena engkau tidak mempunyai gambaran sebenarnya manusia itu siapa. Dan jikalau engkau belum pernah mengetahui bahwa manusia pernah jatuh dari status kesucian dan kerusakan sudah dimiliki oleh umat manusia, tak mungkin engkau dapat menjelaskan mengapa ada gap di tengah-tengah ide yang komplit yang tinggi dan fakta yang kejam realita yang begitu rendah adanya. Abad 20 kelihatan pendidikan sudah begitu populer, ide manusia sudah menjadikan kita makhluk yang berteknologi tetapi korupsi, kejahatan, kejatuhan tetap melanda di negara-negara yang paling intelektual termasuk negara-negara yang paling maju di dunia. Ini membuktikan bahwa manusia tak bisa lepas dari kejatuhan itu dengan usaha yang dilakukan melalui pendidikan dan kebudayaan. Dan kita mengetahui ada sesuatu total depravity yang sudah terjadi. Dan ini ditegaskan oleh Teologi Reformed, total depravity is basic understand of how to solve the problem of minkind. Sebelum dokter memberikan obat, ia harus tahu penyakitnya apa. Kalau belum punya diagnosa yang benar, lalu memberikan obat, mungkin akan lebih cepat mematikan orang itu. Inilah yang kita lihat pada komunisme. Ia tidak mengerti apa masalah dasar manusia, pokoknya buang iri hati dan kebencian, bikin sama rata, selesai. Itu adalah pikiran yang paling dangkal. Akhirnya komunisme bukan saja gagal menggarap seluruh umat manusia ataupun membuat negara menjadi kaya dan makmur tetapi menjadikan seluruh masyarakat lebih miskin daripada zaman-zaman sebelumnya. Kita menolak evolusi bukan hanya dari geologi, biologi, tapi kita menolak evolusi dari bijaksana pandangan surgawi tentang apakah yang menjadi penyebab dan akibat dalam kausalitas karena evolusi memberikan kesimpulan yang naif kepada manusia. Evolusi meniadakan pengertian yang betul-betul peka untuk melihat manusia yang sudah pernah jatuh di dalam dosa. Dan di sini evolusi akan mengakibatkan berita gereja tidak ada pertobatan. Berarti gereja tidak ada dosa asal. Berita gereja tidak perlu Injil dan keselamatan. Itu merontokkan seluruh kekristenan sendiri karena menerima semacam presuposisi bahwa manusia bukan jatuh dari suci kepada dosa tapi manusia dari binatang sudah berubah menjadi manusia. Itu adalah suatu hal yang begitu jahat yang banyak orang tidak lihat.
  1. Satu-satunya buku yang menawarkan kepada kita jalan untuk melepaskan kita dari kebobrokan dan kejatuhan sifat dosa untuk dipulihkan kembali melalui keselamatan yang menuntut kematian Kristus dan pengaliran darah dari Yang Benar dan tidak berdosa itu. Yesus Kristus adalah satu-satunya yang suci dari Allah, yang tidak berdosa, yang perlu menumpahkan darah-Nya, perlu menyerahkan nyawa-Nya dipaku di atas kayu salib untuk menjadi jalan satu-satunya melepaskan kita. Inilah satu-satunya kitab yang memberitakan pengharapan manusia. Itu menjadi satu pangkalan, suatu fondasi, suatu pokok kita beritakan kepada manusia, dunia dan sejarah tidak perlu menuju kepada kebinasaan karena sudah ada jalan keluar. Di dalam keselamatan melalui Yesus Kristus ada jawaban bagi umat manusia. Ini mungkin sudah sering Saudara dengar tapi Saudara belum sadari betapa penting signifikasinya. Inilah satu-satunya kitab yang memberi kepada manusia ada jalan keluar kepada pengharapan untuk manusia.
  1. Inilah satu-satunya kitab yang mengatakan kepada kita di belakang gejala-gejala kelihatan di dalam dunia materi ini ada suatu konflik rohani yang kekal yang harus kita mengerti melalui mata beriman melintasi perbatasan-perbatasan yang bisa dilihat. Tidak ada buku lain memberikan penjelasan mengapa orang baik harus disiksa, orang jahat bisa makmur. Mengapa orang menjalankan kesucian akhirnya rugi, mengapa orang yang tidak menjalankan kesucian dan kebenaran akhirnya seperti tidak ada halangan? Kenapa banyak orang baik harus menderita? Kenapa seperti Ayub harus kehilangan semua anak, harus mendapat semua penyakit keras, harus dibuang oleh istrinya, mengapa harus menderita seperti itu? Di dalam kultur, di dalam agama dan kebudayaan lain tidak ada jawaban kecuali kembali kepada firman, karena disini kita melihat kita hanya berada di dalam dunia ini sebagai panggung sementara, di belakang ada satu Sutradara yang sedang mengatur semacam drama spiritual berskala universal sehingga kita kalau tidak melalui kitab suci tak pernah mengerti. Kita cuma melihat itu orang salah, itu orang benar, ini orang dirugikan, ini kurang adil, ini semua hanya gejala fenomena yang menipu mata kita. Tapi iman yang menerobos yang menembus kepada awan gelap melihat pada tahta Tuhan melihat Tuhan mengizinkan setan menggangu. Tuhan memperbolehkan di antara Allah dan setan, manusia seolah-olah direbut ke sini-sana dan belakang itu maknanya apa. Hanya Alkitab yang memberitahu semuanya kepada kita. Alkitab begitu agung, begitu penting, begitu besar, karena berita Alkitab adalah berita-berita unik yang tidak ada pada buku lain, tak terbandingkan dengan buku sejarah orang Yahudi, Iliad, buku sejarah orang Grika, buku-buku sejarah Amerika, Indian, orang Gaule, orang Romawi, orang Assyrian, atau orang Babylonia. Melalui kitab suci kita melihat ada rencana Allah yang kekal, melalui kitab suci kita melihat ada rencana setan juga. Melalui kitab suci kita melihat ada pertemuan sesuatu konflik yang sama sekali tidak bisa kita mengerti secara pandangan dunia, melalui penyelidikan dari dunia disiplin ilmiah fisika tak bisa memberikan jawabannya, karena bukan saja fisika metafisika bahkan spiritual dalam kekekalan di situlah kita melihat ada cara Allah mengerjakan segala sesuatu.
  1. Inilah satu-satunya buku di mana kita melihat bagaimana seharusnya manusia hidup sehingga kita boleh menuju kepada suatu kesempurnaan melalui ujian dan pencobaan. Satu-satunya buku yang menjamin kemenangan, satu-satunya buku yang memberikan suatu kesinambungan pengertian sampai akhirnya kita dijamin untuk mendapatkan kemenangan melalui teladan Yesus Kristus dan pimpinan Roh Kudus serta rencana pembentukan Tuhan Allah. Tak ada buku lain yang sesempurna ini. Buku dari Charles Dickens, Shakespeare, Jack London, Hemingway, Kong Tze, Lao Tze, Tagore, Rama Krishna, sebutkan siapa saja pengarang terbesar, buku apa yang bisa dibandingkan dengan kitab suci? Tak ada. Inilah satu-satunya buku yang melihat bagaimana manusia di bawah pimpinan Roh Kudus, teladan Yesus Kristus, dan rencana Allah akan dibentuk menjadi suatu makhluk yang akan menyatakan kemuliaan dan kesempurnaan Tuhan Allah dan ditentukan untuk menjadi raja selama-lamanya.
  1. Inilah satu-satunya buku yang memberitahukan kepada kita dunia ini akan diselesaikan dengan akhir yang bagaimana. Buku ini bukan saja menceritakan awal mula dunia tetapi juga akhir dari dunia. Dunia akan diberi sesuatu kesempatan terakhir di mana orang suci akan digenapi dalam kemuliaan. Kita akan disempurnakan, dimuliakan, tetapi yang lain akan dibuang ke dalam neraka karena suatu penghakiman di mana tidak ada orang yang bisa membalikkan nasib yang sudah ditetapkan. Semua buku lain yang mungkin mempunyai kemiripan karena membicarakan hal semacam demikian, kalau bukan copy maka dipengaruhi atau mengimitasi, tetapi yang asli hanya ada di dalam kitab suci.
        Mengapa orang Reformed mempertahankan kitab suci? Mengapa kita harus menjelaskan kitab suci itu dengan teliti dan bersungguh-sungguh dan mati-matian? Saya sedih melihat ada mimbar yang 10-15 menit waktunya dipakai untuk menceritakan kisah-kisah pribadi, mimpi-mimpi, kesaksian dan pengalaman yang tidak ada relevansinya dari kitab suci yang dibaca. Saya menangisi mimbar yang tukar menukar pengkhotbahnya. Masing-masing seperti bintang film yang variasi terus menerus. Akhirnya pendengar tak pernah dididik secara kontinu untuk mengerti firman Tuhan sehingga prinsip-prinsip kebenaran yang penting bisa bercokol baik-baik dalam hidup mereka. Mendengar satu kali saja khotbah yang betul-betul secara tuntas dan sungguh-sungguh, lebih baik dibanding ikut kebaktian berpuluh-puluh kali yang tidak bertanggungjawab. Begitu banyak pendeta, penginjil dan guru-guru agama, termasuk mahasiswa sekolah teologi mempunyai kesempatan memberitakan firman meninggikan Kristus, memberitakan Injil, menafsirkan kitab suci, telah membuang kesempatan-kesempatan itu di dalam tangan setan atau di dalam permainan diri sendiri sehingga gembala-gembala tidak menggembalakan dombanya. Dalam Yehezkiel Tuhan berkata, “Domba-Ku tidak ada yang menggembalakan, mereka terlantar di sana-sini. Mereka tidak mendapat rumput untuk dimakan. Waktu terluka mereka tidak dibalut dan tidak disembuhkan, karena masing-masing gembala telah menggemukkan diri sendiri dan meninggalkan dombanya.” Semua kaum pilihan, kaum tebusan diserahkan kepada pendeta-pendeta untuk dijaga dan dipelihara, untuk digembalakan. Tetapi kalau tidak digembalakan bagaimana? Jika Saudara betul-betul menerjunkan diri ke dalam gerakan Reformed, mulailah betul-betul meyakini dan memegang teguh, setia, taat dan sungguh-sungguh mengabdi untuk memberitakan firman Tuhan, bukan untuk dirimu, bukan untuk uang, bukan untuk honor, bukan diperbudak oleh manusia, tetapi untuk mengisi apa yang menjadi rencana Allah: menggembalakan domba-Nya, memberi mereka makan, mengajar mereka dengan firman, membawa mereka kembali ke jalan yang benar, dan membentuk mereka dengan segala kebenaran sehingga mereka menjadi manusia yang beriman dan berjalan di dalam kebenaran yang diwahyukan kitab suci, sehingga mereka boleh menjadi saksi Tuhan yang berbobot sungguh-sungguh untuk Tuhan.

Sumber: Majalah MOMENTUM No. 35 – Februari 1998.
Source : https://thisisreformedfaith.wordpress.com

No comments:

Post a Comment